Tak seperti Ahmadiyah yang semua ulama hampir menyepakati
bahwa ajaran ini sesat dan bukan islam, Syiah justru banyak Ulama yang
berpendapat bahwa Syiah tidak sesat. Berikut petikan pendapat beberapa
tokoh Islam, diantaranya adalah ketua dua ormas Islam terbesar di
Indonesia (NU dan Muhammadiyah) Serta Ketua MUI tentang Syiah dan alasan
kenapa ajaran tersebut bukan aliran sesat. (data dari Voa-Islam)
Umar Syihab (Ketua MUI)
Menurut
Umar Syihab, ia tak sependapat dengan MUI Jawa Timur yang menyebut
aliran Syiah sesat. Umar menegaskan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan
fatwa bahwa ajaran Syiah sebagai aliran sesat.
Mengenai insiden
pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, Umar
berpendapat insiden hanyalah ditumpangi pihak-pihak yang ingin mengadu
domba umat Islam dengan kedok ajaran Syiah yang dituding sesat.
Kata Umar, MUI tidak pernah menyatakan, bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah satu mazhab yang benar, sama halnya dengan ahli sunnah wal jama'ah. Kendati
pun ada perbedaan pandangan, kata dia, Islam tidak pernah menghalalkan
kekerasan, apalagi perusakan tempat ibadah dan majelis taklim seperti
terjadi di Sampang.
Ajaran Syiah, kata Umar, sudah diakui di
dunia islam sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. “Karena itu
jangan kita membuat peryataan yang bisa mengeluapkan gejolak di
tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban."
Said Aqil Siraj
Menurut
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, ada desain besar di balik aksi
pembakaran pesantren penganut Syiah di Sampang, Madura. Tak mungkin
peristiwa tersebut terjadi tanpa ada yang membuatnya. Padahal kerukunan
hidup beragama di sana sebelumnya baik-baik saja.
Said meminta
pemerintah dan aparat keamanan bekerja lebih keras, mencegah aksi serupa
terulang di kemudian hari. “Ini pasti ada big design-nya. Ada
pihak-pihak yang ingin merusak suasana damai di Indonesia,” kata Said.
Menurut
Said Aqil, Sunni dan Syiah hanya dijadikan alat seolah-olah memang ada
permusuhan. Padahal tidak, mereka dari dulu sampai sekarang hidup damai
berdampingan. Ketua Umum PBNU itu meminta semua pihak bisa menahan diri
dengan tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis. “Pihak ketiga itu
selalu melancarkan provokasi supaya konflik terus terjadi. Dan bukan
tidak mungkin kasus serupa akan terjadi di kemudian hari,” katanya.
Prof
Dr Said Agil Siraj mengungkapkan, di sejumlah negara Islam maupun Timur
Tengah yang hidup faham Suni dan Syiah, dapat hidup rukun dan
berdampingan. ”Bahkan Mufti Syria Badruddin Hassun yang berasal dari
Suni, fatwa-fatwanya sangat didengar oleh kelompok Syiah,” jelas Kiai
Siraj seraya menambahkan kondisi serupa terjadi di Saudi Arabia,
Pakistan, maupun Libanon.
Bahkan di Libanon Selatan, lanjut
Said, Hizbullah dari kelompok Syiah didukung juga oleh kelompok Suni.
Dikatakan Said, sepanjang sejarah, perbedaan yang terjadi antara Suni
dan Syiah sebenarnya, terkait soal kekuasaan atau lazim disebut imamah.
Karena itu, kelompok Syiah memasukkan masalah imamah ke dalam rukun
agama dan sejak dini anak-anak mereka diajarkan pengetahuan tentang
imamah. “Dalam perkembangan Islam, kedua kelompok Suni dan Syiah
sama-sama memberikan andil dan peran yang sangat besar dalam peradaban
Islam,” tegas kyai Siraj.
Said menyebut sejumlah tokoh Syiah
yang memberikan andil besar bagi kemajuan Islam. Sebut saja misalnya
Ibnu Sina, seorang filsuf yang juga dikenal sebagai seorang dokter,
Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai penemu ilmu hitung atau aljabbar,
dan seorang sufi Abu Yazid al Busthami. Mereka yang beraliran Syiah ini
telah menyumbangkan ilmunya bagi kemajuan Islam. “Jadi, kedua kelompok
ini adalah aset yang sangat berharga bagi umat Islam.”
Syafii Maarif
Mantan
Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengutuk keras aksi
pembakaran terhadap pondok pesantren Syiah di Kecamatan Karang Penang,
Sampang. Terlebih jika aksi pembakaran tersebut dilatarbelakangi oleh
perbedaan pandangan keagamaan.
Menurutnya, kebenaran bukanlah
milik individu apalagi kelompok. Syafii mengatakan, Syiah telah diakui
sebagai mazhab kelima dalam Islam. Dia pun menyatakan bahwa setiap
orang, sekalipun atheis berhak hidup. Terpenting, katanya, bisa hidup
rukun dan toleran.
Din Syamsudin
Pada
Konferensi Persatuan Islam Sedunia yang berlangsung 4-6 Mei 2008 di
Teheran, Iran, Din Syamsuddin pernah mengatakan, bahwa Sunni dan Syi’ah
ada perbedaan, tapi hanya pada wilayah cabang (furu’yat), tidak pada
wilayah dasar agama (akidah). Menurut Din, Sunni dan Syi’ah berpegang
pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat
penghormatan terhadap sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad, yakni Ali
bin Abi Thalib.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga
mengatakan, sewajarnya jika dua kekuatan besar Islam ini (Sunni dan
Syi’ah) bersatu melawan dua musuh utama umat saat ini yaitu kemiskinan
dan keterbelakangan. (Detikcom 5 Mei 2008)
Dikatakan
Din, seandainya tidak dicapai titik temu, maka perlu dikembangkan
tasamuh atau toleransi. Seluruh elemen umat Islam dalam kemajemukannya
perlu menemukan “kalimat sama” (kalimatun sawa) dalam merealisasikan
misi kekhalifahan di muka bumi.
Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan bahwa
persatuan umat Islam khususnya antara kaum Sunni dan kaum Syiah, adalah
mutlak perlu sebagai prasyarat kejayaan Islam. Kejayaan umat Islam pada
abad-abad pertengahan juga didukung persatuan dan peran serta kedua
kelompok umat Islam tersebut.
http://www.konspirasi.com/2012/01/din-syamsudin-dan-said-aqil-siraj-syiah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar