PANDANGAN TOKOH-TOKOH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH TENTANG REVOLUSI ISLAM DI IRAN
Sehubungan
dengan keberhasilan Revolusi Islam di Iran, pandangan para pejuang
Islam di luar Syi’ah dapat pula dijadikan indicator (petunjuk) apakah
kaum Syi’ah (Imamiyah) yang merupakan mayoritas besar Iran dipandang
sebagai sesame saudara Muslimin oleh kaum Muslimin yang bukan Syi’ah.
Isam Al-Attar,
seorang pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin yang berdomisili di Jerman,
menyatakan dukungannya kepada Revolusi Islam di Iran. Bahkan sekarang ia
sedang menulis buku dan menamakannya Revolusi Islam.
Hasan Al-Turabi, pemimpin Ikhwanul Muslimin di Sudan, menyokong revolusi besar di Iran dan menamakannya Revolusi Islam.
Al-Ma’rifah, majalah gerakan Islam di Tunisia, menyerukan kepada kaum Muslimin untuk membantu gerakan Islam di Iran itu.
Rasyid AL-Ghannusyi, pemuka gerakan Islam di Tunisia, bahkan menyatakan Khomeini sebagai Imam seluruh kaum Muslimin. Karena pernyataannya itu maka Al-Ma’rifah diberangus.
Rasyid Al-Ghannusyi, dalam bukunya Al-Harakat al-islamiyyah wa al-Tahdits memandang adanya suatu pendekatan Islam yang baru, yakni sebagai yang telah dijelaskan dan diberi bentuk yang kukuh oleh Imam Hasan Al-Banna, Abul A’la Al-Maududi, Sayyid Quthub dan Imam Khomeini wakil-wakil
yang paling penting dari cara pendekatan Islam pada gerakan jaman ini.
(hal.16). Ia juga meramalkan bahwa keberhasilan Revolusi Islam di Iran
itu akan merupakan permulaan suatu peradaban Islam yang baru. (hal.17).
Di bawah subjudul Apakah yang kita maksudkan dengan Gerakan Islam? Al-Ghannusyi
mengatakan: ”Yang kami maksudkan ialah pendekatan yang bersumber dari
pengertian Negara Islam yang komprehensif (bersifat mampu menerima
dengan baik), sesuai dengan tiga cara pendekatan (yang benar) oleh
Ikhwanul Muslimin, Jama’at Islami di Pakistan, serta gerakan Imam
Khomeini di Iran.” (hal.17). Ia pun mengatakan, ”Suatu operasi, yang
mungkin akan merupakan suatu dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah
gerakan kemerdekaan di seluruh kawasan ini, telah dimulai di Iran, yang
akan membebaskan Islam dari kekuasaan pemerintah yang memperalat Islam
untuk mencegah gelombang revolusi ke kawasan itu.”
Muhammad Abdurrahman Khalifah,
Pemimpin Ikhwanul Muslimin di Yordania, menyerukan dukungannya kepada
revolusi itu. Lebih lanjut ia sendiri berkunjung ke Iran untuk
menyatakan dukungannya.
Di Mesir, majalah-majalah Al-Da’wah, Al-I’tisham, dan Al-Mukhtar berdiri di pihak revolusi di Iran itu dan menekankan watak Islamnya.
Jabir Riziq, adalah seorang wartawan Ikhwanul Muslimin terkemuka, menulis dalam al-i’tisham
bahwa ”bangsa Iran ini adalah satu-satunya bangsa Muslimin yang mampu
berevolusi menentang imperialisme (penjajah) dan salibis-zionis…Para
tiran sedang goncang karena khawatir bahwa rakyat mereka sendiri akan
berontak, menentang, dan menjungkirkan mereka sebagai yang dilakukan
kaum Muslimin di Iran terhadap syah, sang agen…”
Dalam
penerbitan bulan Shafar 1410 H ( Juni 1981), pada akhir suatu artikel
yang ditulis sehubungan dengan peringatan hari ulang tahun kedua
Revolusi Islam di Iran, Riziq melanjutkan: ”….Revolusi
Iran berhasil setelah gugurnya ribuan Syuhada’, itulah revolusi terbesar
dalam sejarah modern, terbesar dalam kegiatan-kegiatannya,
hasil-hasilnya yang positif dan efek-efeknya yang membalikkan
perhitungan-perhitungan dan mengubah kriteria-kriteria.” (hal.39).
Sehubungan
dengan watak Islam dan kepemimpinan revolusi itu, organisasi
internasional Ikhwanul Muslimin itu menyerukan: ”Kaum Muslimin Iran
telah membebaskan diri dari penjajah Amerika Zionis melalui suatu
perjuangan heroik yang menakjubkan dan satu Revolusi Islam yang
membadai, yang unik di dalam sejarah umat manusia, di bawah pimpinan
seorang Imam Muslim yang, tak syak lagi, merupakan kehormatan bagi Islam
dan kaum Muslimin…”
Maulana Abul A’la Al-Maududi,
pendiri dan pemimpin Jama’at Islami di Pakistan, mengeluarkan sebuah
fatwa tentang Revolusi di Iran: ”Revolusi Khomaini adalah Revolusi
Islam. Pesertanya dari kalangan umat Islam dan pemuda-pemuda yang
terdidik dalam gerakan-gerakan Islam. Seluruh kaum Muslimin pada
umumnya, dan gerakan-gerakan Islam pada khususnya, harus mendukung
revolusi itu dan bekerja sama dengannya dalam segala-galanya.” (Majalah Al-Da’wah, Kairo, 29 Agustus 1979)
Rektor Universitas Al-Azhar dalam wawancaranya dengan koran al-Syarq al-Ausath
yang diterbitkan di London dan Jeddah, 3 Februari 1979, mengatakan:
”Imam Khomeini adalah saudara kita dalam Islam. Kaum Muslimin, walaupun
berbeda mazhab, adalah sesama saudara dalam Islam, dan Imam Khomeini
berdiri di bawah panji yang sama dengan saya: Islam.”
Fat-hi Yakan, dalam bukunya abjadiyat al-Tathawwur al-Haraki lil Amal al Islam (ABC
Pengetahuan Praktis Amal Islam), mengungkapkan persengkongkolan
kolonialis dan super power dengan menegaskan: ”Ada suatu contoh yang
segar tentang apa yang telah kami katakan itu, yakni pengalaman Revolusi
di Iran belakangan ini. Itulah suatu contoh yang menunjukkan betapa
seluruh kekuatan kufur di muka bumi telah maju serentak memerangi secara
sungguh-sungguh untuk menggagalkan revolusi ini, karena revolusi itu
islami dan karena ia tidak Timur dan tidak Barat.” (hal.48).
Al-Da’wah,
dalam penerbitan bulan Mei 1984, mengatakan: Di dunia sekarang ini,
terdapat suatu kesadaran Islam yang sedang meluas. Salah satu isyaratnya
ialah Revolusi Islam di Iran yang walaupun menghadapi berbagai
halangan, mampu menghancurkan imperium paling tua dan yang merupakan
satu di antara rezim anti-Islam yang paling keji.” (hal.20).
Masih banyak
lagi pemuka Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari berbagai negeri, seperti Dr.
Kalim Shiddiqui (Direktur Muslim Institut, London dan pendiri Koran
Internasional Islam, Crescen Internasional, Kanada), Hamid Algar (Seorang pemikir dan penulis Muslim terkemuka berkebangsaan Inggris), Kaukab Siddiqui (Pimpinan Jama’at Muslimin yang berpusat di Amerika Serikat, pecahan dari partai Jama’at Islamnya Maulana Maududi, Mohammad Habibullah Mahmud (Seorang
jurnalis terkemuka dari Malaysia) dan banyak lagi, yang berpendapat
sama. Memuatnya satu persatu, tentunya, di luar jangkauan risalah kecil
ini.
Sebagai
penutup, hendak kami ketengahkan ”kesaksian” seorang Kristen, tokoh
Marxis berkebangsaan Arab dari Mesir yang dengan nada sumbang dan
sarkastik (mengejek) menentang Khomeini dan Revolusi di Iran itu. Ghali
Syukri, yang Kristen dan Marxis itu, menulis dalam Dirasat ’Arabiyah (Studi Kearaban), sebagai dikutip oleh Al-Bayadir al-Siyasi
(No.2, 1 Februari 1982, halaman 3): ”Para pemikir yang dikenal sebagai
berlatar belakang Marxis, hanya dalam sekejap telah berubah menjadi
Muslimin yang gigih. Yang lain-lainnya, yang menurut sertifikat
kelahirannya adalah orang-orang kristen, dalam sesaat telah menjadi
ekstrimis-ekstrimis Muslim. Para pemikir yang menurut pendidikannya
tergolong kepada Barat, tanpa cadangan sedikitpun telah berubah menjadi
orang-orang Timur yang fanatik. Di bawah panji Khomeini, orang-orang
Arab yang terpelajar kembali kepada lingkungan tradisi seperti domba
tersesat yang kembali kepada kawannya setelah lama terasing dan
terpisah.”[]
Dikutip dari Buletin Suluh, Edisi Khusus Menyambut Bulan Ramadhan, Terbitan Majlis Ilmu dan Zikir ”Al-Huda”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas katanya "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda "Akan muncul satu golongan di akhir zaman yang dinamakan Rafidhah. Mereka menolak Islam tetapi mendakwa Islam. Bunuhlah mereka kerana mereka adalah golongan musyrikun" (Ibnu Qutaibah, Ta'wilu Mukhtalifi al-Hadith, hal 56)
BalasHapus“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu. sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. (QS. al-Maa’idah : 32)
BalasHapuswahabi menggunakan hujah di atas untuk membunuh syiah,,,namun sedarlah kaum syiah beroleh syurga atas penderitaan yang dikenakan ke atas mereka
BalasHapusTulisan ini adalah pesan indah Dr Hasan Farhan al-Maliki, salah seorang ulama ahlussunnah dari Saudi Arabia, yang ditujukan kepada kaum muslimin yang bermazhab ahlulbait. Diposting di blog beliau tanggal 17 Juni 2012. Naskahnya diterjemahkan oleh Ust. Miftah F. Rakhmat
Aku berkunjung ke Kuwait pada awal tahun Hijriah; lalu ke Ahsa.
Itulah kesempatan untuk bertemu dengan banyak saudara setanah air, seagama, dari saudara-saudaraku orang Syiah. Aku melihat betapa baiknya perangai mereka, penuh tawadhu, betapa salah pemberitaan tentang mereka selama ini.
Benar, aku tahu hal-hal tentang mereka sebelumnya, tetapi melihat mereka dari dekat, itu jauh lebih diutamakan. Berbahagia dan selamatlah wahai saudaraku Syiah, kalian telah bersabar atas gangguan dan serangan itu karena keyakinan kalian.
Banjir besar tuduhan, cacian, makian, fitnah…karena kecintaan kalian pada Ahli Bait Rasulillah Saw. Sungguh, ini sebuah kemuliaan yang besar. Maka aku bertanya pada diriku sendiri, dari mana sumber kekuatan itu: yang membuat mereka mampu bersabar atas penderitaan selama ini: penderitaan yang memanjang selama empatbelas abad! Kekuatan itu adalah kecintaan tulus mereka pada Rasulullah Saw dan keluarganya.
Tidakkah diarahkan pada wajah mereka, pada dada mereka panah kezaliman, tuduhan harian bahwa mereka majusi, anak-anak mut’ah, najis, dan lain sebagainya…karena kecintaan mereka pada keluarga Muhammad?
Tidakkah mereka berhak untuk berdiri di hari kiamat dan berkata:
Mereka sudah perangi kami
Mereka sudah bunuh kami
Mereka sudah fitnah kami
Mereka sudah bakar kami
Selama berabad-abad Hanya karena kami mencintai Muhammad dan keluarga Muhammad!
Memusuhi mereka tidak terbatas hanya dengan mengkritik kesalahan mereka atau perbedaan yang ada. Sesungguhnya mereka diserang, dicaci maki, difitnah…tidak lain karena kecintaan pada keluarga Muhammad. Orang Syiah telah meneladani para nabi, yang dikecam dan disalahpahami.
Telinga mereka mendengar (fitnah) itu dan mereka hadapkan wajah dan menyampaikan semuanya pada Allah (Sungguh kalian belum berbuat kebajikan hingga kalian berikan yang paling kalian cintai).
Benar sekali. Sesungguhnya kesabaran orang Syiah dari semua itu: dianiaya, dibunuh, diasingkan, ditumpahkan darahnya, disesatkan, dikafirkan selama berabad-abad adalah dahsyat! Sangat menakjubkan! Adakah hati yang sanggup memikulnya? Bagaimana mereka tetap bisa memelihara akhlak yang baik di tengah semua tuduhan dan serangan itu? Di tengah kezaliman itu? Karena hati mereka dipenuhi cinta Ali!
Ketenangan itu akan meliputi. Akan datang satu kaum pada hari kiamat dan menghadapkan seluruh keluh kesah mereka pada Allah Ta’ala. Para nabi dan yang tulus mengikuti mereka. Ahlul Bait dan Syiah mereka, para pengikut mereka.
Sungguh, mereka sudah beroleh kemenangan! Adalah hak bagi orang Syiah pada hari Kiamat untuk membanggakan diri mereka dan berkata pada Imam Ali dan Azzahra: Karena mencintaimu mereka serang kami, mereka usir kami, mereka paksa kami melepaskan cinta ini. Mereka hunus dan sesakkan jantung kami.
Sungguh, mereka tidak akan merugi di hari kiamat karena mengetahui bahwa yang mereka cintai bukanlah orang munafik pembangkang yang diseru ke neraka. Tidak, tidak sama sekali. Tidak akan pernah dalam shahifah amal mereka ditemukan kecintaan pada orang zalim. Adapun kita, maka akan kita temukan dalam lembaran amal kita kecintaan pada orang munafik dan zalim. Pada Mu’awiyyah, al-Hajjaj, Yazid dan al-Mutawakkil. (Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk membela mereka pada hari Kiamat?”)
Sudah tiba saatnya kita memahami Syiah lebih baik. Semua serangan itu, tuduhan itu, cacian dan makian itu…sama sekali tidak memberi manfaat. Duhai, seandainya kita belajar dari mereka kesabaran itu, akhlak yang baik dan semangat itu.
Bahagialah orang Syiah.
[http://www.majulah-ijabi.org/]