Selasa, 15 Mei 2012

Ikhwanul Muslimin dan Syi’ah

Ikhwanul Muslimin dan Syi’ah
Di bawah ini akan kami ungkapkan pandangan beberapa tokoh organisasi Ikhwanul Muslimin terhadap upaya pendekatan dan persatuan di antara mazhab Ahlulsunnah dan Syi’ah.
Asy-Syahid Hasan Al-Banna telah menghidupkan pemikiran untuk mempersatukan Ahlulsunnah dan Syi’ah. Ia sendiri adalah peserta aktif Jama’ah Taqrib. Sehubungan dengan itu, Imam Hasan Al-Banna pernah berjumpa dengan pemimpin Syi’ah, Ayatullah Abdul Qasim Kasyani pada musim haji tahun 1948, dan terjadilah saling pengertian di antara mereka, seperti yang dinyatakan Abdul Muta’al Al-Jabri dalam bukunya Limadza Yuqtalu Hasan (Mengapa Hasan Al-Banna Dibunuh?). Al-Jabri, seorang murid Al-Banna, mengutip kata-kata Robert Jackson: ”Apabila laki-laki ini berusia lebih panjang, mungkin ia akan membawa banyak manfaat bagi negeri ini, terutama sehubungan dengan persetujuan antar Al-Banna dengan Ayatullah Kasyani, seorang ulama besar Iran, untuk mencabut akar-akar perpecahan antara Sunni dan Syi’ah. Mereka bertemu di Hijaz (Saudi Arabia) tahun 1948. Nampaknya mereka telah mengadakan pembicaraan-pembicaraan dan telah mencapai suatu pengertian dasar, tetapi Al-Banna segera dibunuh.” (Edisi I, hal.33)
Salim AL-Bahansawi, seorang pemikiran Ikhwanul Muslimin, dalam bukunya Al-Sunnah al-Muftara ’alayha (Sunnah yang Dipalsukan), menulis: ”Sejak terbentuknya Jama’ah at-Taqrib baynal Madzahib al-Islamiyyah yang di dalamnya Imam Al-Banna dan Imam Al-Qummi ( ulama Syi’ah Iran) turut serta, terjadilah kerjasama antara Ikhwanul Muslimin yang menghasilkan kunjungan Nawab Safawi (Pemimpin gerakan Fida’iyyin Islam Iran) ke Kairo dalam tahun 1954.” Ia juga mengatakan, ”Kerja sama semacam itu tidaklah mengherankan, tidak merupakan sesuatu yang aneh, karena kepercayaan-kepercayaan dari kedua kalangan (Sunni dan Syi’ah) itu memang mengantarkan ke sana.” (hal. 57, lihat juga hal.151).
Dr. Ishaq Musa Al-Husaini menulis buku al-Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin), tentang gerakan Islam modern yang berpusat di Mesir itu. Di dalamnya ia menunjukkan bahwa beberapa orang Syi’ah yang sedang belajar di Mesir telah bergabung dalam organisasi itu. Juga sudah diketahui secara luas bahwa di antara para pemuka ikhwan di Iraq terdapat banyak orang Syi’ah. Demikian juga bahwa pemimpin Ikhwanul Muslimin di Yaman Utara sampai tahun 1981, Abdul Majid Al-Zindani, adalah seorang Muslim Syi’ah. Di sana pun banyak Muslimin Syi’i menjadi anggota Ikhwanul Muslimin.
Ketika Nawab Safawi seorang pejuang Muslim dari Iran mengunjungi Sirya, ia bertemu dengan Dr. Mustafa Al-Siba’i, pemimpin Ikhwanul Muslimin di sana. Tatkala Al-Siba’i mengeluh kepada Safawi tentang beberapa pemuda Syi’ah yang telah bergabung dengan gerakan-gerakan nasional yang sekuler (bersifat duniawiah), pejuang dari Iran itu berkata dalam ceramahnya kepada sekelompok besar orang Syi’ah dan Sunnah: ”Barangsiapa hendak menjadi seorang (Syi’ah) Ja’fari sejati, hendaklah dia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
Muhammad Ali Al-Dhanawi, dalam bukunya Kubra Al-Harakat al-Islamiyyah fil ’Ashr al-Hadits (Gerakan-gerakan Islam terbesar di jaman modern) mengutip kata-kata Bernad Lewis: ”Walaupun mereka (Fida’iyyin Islam) bermazhab Syi’ah, mereka percaya pada kesatuan Islam, sama besarnya kepercayaan kaum Muslimin Mesir, dan di antara mereka terjalin komunikasi yang sangat lancar. (hal. 150).
Ketika menyimpulkan beberapa prinsip Fida’iyyin Islam, Al-Dhanawi mengatakan: ”Islam merupakan suatu sistem kehidupan yang komprehensif (luas dan lengkap). Tidak ada sektarianisme (fanatik mazhab), antara Sunni dan Syi’ah, di kalangan kaum Muslimin.” Kemudian ia mengutip kata-kata Nawab Safawi: ”Marilah kita bekerja sama untuk Islam, marilah kita lupakan segala sesuatu selain perjuangan kita demi kehormatan Islam. Belum tibakah saatnya bagi kaum Muslimin untuk sadar dan menghilangkan perpecahan di antara Sunni dan Syi’i?”
Fat-hi Yakan menulis, dalam bukunya Mausuu’ah al-Harakah al-Islamiyyah (Ensiklopedia Pergerakan Islam), tentang kunjungan Nawab Safawi ke Kairo serta sambutan hangat yang penuh gairah dari Ikhwanul Muslimin. Tentang hukuman mati yang dijatuhkan pada Nawab Safawi oleh Syah Iran, ia menulis: ”Timbul reaksi keras terhadap keputusan hukum yang tidka adil itu. Massa Muslimin merasa terpukul ketika mendengar berita itu, karena mereka sangat menghargai perjuangan dan tindakan-tindakan heroik mujahid dari Iran ini. Kaum Muslimin berdemonstrasi menentang dan mengutuk keputusan hukum yang dzalim terhadap pejuang dan pahlawan yang mukhlis itu. Kematiannya dipandang sebagai suatu kerugian besar di jaman moderen ini.” (hal.163).
Nawab Safawi yang bermazhab Syi’ah itu oleh Ikhwanul Muslimin itu dicatat sebagai seorang syahid dari Ikhwanul Muslimin. Fat-hi Yakan memandang Nawab dan kawan-kawannya yang gugur dalam perjuangan Islam itu sebagai orang-orang yang ”tergabung dalam barisan para syuhada’ yang abadi”, dan bahwa ”darah mereka yang suci akan menjadi suluh yang menerangi jalan bagi generasi kesyahidan dan kemerdekaan yang datang.”
Dalam bukunya al-Islam, Fikr wa Harakah wa Inqilab (Islam, Pikiran, Gerakan, dan Revolusi), ia menulis: ”Sekarang, setelah Syah Iran mengakui Negara Zionis itu pada tanggal 23 Juli 1960 menjadi kwajiban bagi orang Arab untuk menyadari adanya Nawab dan saudara-saudara Nawab di Iran. Sayang, para penguasa Arab belum berbuat demikian, sehingga gerakan Islam sekarang mencari sokongan untuk menopang perjuangannya dari luar dunia Islam sendiri. Adakah Nawab lain di Iran sekarang?” (hal.56).
Dikutip dari Buletin Suluh, Edisi Khusus Menyambut Bulan Ramadhan, Terbitan Majlis Ilmu dan Zikir ”Al-Huda”, Gedong Sonorejo.

http://ressay.wordpress.com/2007/12/11/ikhwanul-muslimin-dan-syi%E2%80%99ah/

5 komentar:

  1. Lagu lama. Ane sedih kalo baca tulisan seorang muslim seperti ini. Gampang benar ngecap orang dari bukan pernyataan langsung orang bersangkutan. Jangan-jangan ente sendiri yang nyeleneh. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan orang-orang jahil.

    BalasHapus
  2. silahkan baca ini: http://abu-farras.blogspot.com/2012/07/ikhwanul-muslimin-ditipu-syiah.html

    Mungkinkah orang yang saudaranya dibantai akan benar2 dekat dengan pembantai.jangan asal nuduh bung,anda belum pernah tabayun.Hanya prasangka saja dari ucapan dan tulisan tokoh ikhwan.Anda harus belajar banyak tentang strategi sebagaimana yg telah diajarkan Rosul

    BalasHapus
  3. http://abunamira.wordpress.com/2011/06/15/3-ikhwanul-muslimin-dan-syiah/

    http://abunamira.wordpress.com/2011/07/25/ada-apa-antara-ikhwanul-muslimin-dengan-syiah/

    BalasHapus
  4. Kayak yg udah tabayyun aj ente.liat sumber ente valid kg?? Klo cm ktanya-katanya mnding ente jd wartawan infotainment aja.

    BalasHapus
  5. saya pernah membaca tentang nawab safawi saya tidak ragu ragu dalam masa 100 200 tahun pemikiran shiah terkedepan dari kebebalan banyak yang mengaku sunni tapi tumpul terhadap perpaduan umat islam,,,,rujuk pandangan ulama lubnan sheikh hammoud

    BalasHapus