Selasa, 07 Februari 2012

Fatwa-Fatwa Resmi Al-Azhar tentang Mazhab Jakfary (Syiah Imamiah)

Fatwa-Fatwa Resmi Al-Azhar tentang Mazhab Jakfary (Syiah Imamiah)
Sejak lama Al-Azhar yang berada di kota Kairo-Mesir telah menjadi pusat dan kiblat buat pendidikan masyarakat Ahlusunnah. Al-Azhar telah banyak mencetak para ulama dan tokoh Ahlussunah yang kemudian tersebar di segala penjuru dunia, termasuk Indonesia. Para alumni al-Azhar dapat bersaing dengan alumni-alumni Timur Tengah lainnya seperti Saudi Arabia, Sudan, Tunis, Maroko, Yordania, Qatar dan negara-negara lainnya. Inilah salah satu penyebab al-Azhar menjadi semakin mencuat citranya di berbagai negara muslim dunia, sehingga seorang pemimpin al-Azhar menjadi rujukan dan panutan bagi pemimpin perguruan tingi lain di Timur Tengah.
Di sini, kita akan menunjukkan beberapa fatwa dari para petinggi al-Azhar perihal bermazhab dengan mazhab Jakfari, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syiah Imamiah Itsna ‘Asyariyah. Kita akan mulai dengan fatwa dari guru besar yang memulai fatwa pembolehan tersebut, Syeikh Allamah Mahmud Syaltut RA:
mahmud-syaltut.jpg
Kemudian kita lanjutkan fatwa Syeikh Allamah Salim al-Bashri:
salim-albashri.jpg
Lantas kita beranjak ke fatwa selanjutnya yang dikeluarkan oleh Syeikh Allamah Muhammad Fahham:
muhammad-fahham.jpg
Dan kemudian fatwa dari Syeikh Allamah Abdul Halim Mahmud:
abdulhalim-mahmud.jpg
Kesemua dari para petinggi al-Azhar tadi memberi respon positif terhadap mazhab Jakfari (Syiah Imamiah Istna ‘Asyariah) dan mengakuinya sebagai salah satu mazhab dalam Islam dimana seorang muslim bebas untuk menentukan bermazhab dengan mazhab tersebut, kelegalannya sebagaimana mazhab Ahlussunnah yang ada. Tentu, bagi sebagian kelompok kecil yang merasa benar sendiri (ego) dan fanatisme golongannya telah melingkupi dirinya, plus akibat dari kekotoran jiwa yang tidak menerima fatwa-fatwa petinggi dan pemuka al-Azhar tersebut. Mereka hanya akan menerima fatwa dari ulama-ulama golongan mereka saja.
http://islamsyiah.wordpress.com/2007/12/08/fatwa-fatwa-resmi-al-azhar-tentang-mazhab-jakfary-syiah-imamiah/

Sabtu, 04 Februari 2012

Fatwa Sunni-Syiah

Fatwa Syekh Universitas Al-Azhar, Muhammad Tanthawi

Syaikh Thanthawi

Tanya:
Apakah dibolehkan untuk menganggap sebuah mazhab Islam, yang tidak termasuk mazhab ahlusunah (suni), sebagai salah satu mazhab yang berafiliasi ke Islam murni? Atau, dengan kata lain, apakah diperbolehkan untuk menganggap seseorang sebagai seorang muslim di luar empat mazhab ahlusunah yang terkenal yang mengikuti salah satu mazhab Islam seperti Zahiri, Ja’fari, Zaidi, atau Ibadiah?
Jawab:
Islam murni telah disampaikan oleh Nabi Islam saw. kepada kita sebagaimana telah dinyatakan dalam ucapan-ucapan beliau dalam Kutub As-Sittah (enam kita koleksi hadis yang dianggap sahih oleh ahlusunah) yang mengutip hadis Jibril: Nabi saw. berkata, “Barang siapa yang beriman kepada tiada tuhan selain Allah Azza wa Jalla, Muhammad saw. sebagai utusan suci-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan melaksanakan ibadah haji ketika ia mampu, maka ia adalah seorang muslim.”
Demikian juga telah dinukil oleh Abdullah bin Umar ra. yang berkata bahwa Nabi saw. menyatakan bahwa Islam didirikan atas lima dasar: kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, Muhammad saw. adalah rasul-Nya, mendirikan salat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji, berpuasa di bulan Ramadan.” Dengan demikian, setiap manusia (baik ia lelaki maupun perempuan) yang memberi kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah rasul (utusan Allah), dan ia mengakui lima dasar tersebut serta melakukan kelima-limanya dan jika ada perbedaan pada cabang-cabang bukan di ushul, maka kita hanya bisa mengatakan bahwa para pengikut mazhab-mazhab Islam ini sebagai muslim.
Syariah suci Islam memerintahkan para pemeluknya untuk berfatwa berdasarkan apa yang tampak dari orang-orang tersebut karena hanya Allah Yang Mahakuasa yang mengetahui akal pikiran umat manusia.
Telah disebutkan dalam hadis mulia Nabi Muhammad saw., “Aku telah diperintahkan untuk mengadili manusia secara zahir tetapi hanya Allah Azza wa Jalla yang mengetahui pikiran seseorang.”
Penting untung disebutkan bahwa perbedaan-perbedaan tersebut yang ada di antara mazhab-mazhab Islam sekarang diajarkan di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar. Perbedaan-perbedaan ini diterangkan secara rinci karena kita tahu bahwa perbedaan-perbedaan tersebut adalah masalah yang absah adanya mengingat perbedaan-perbedaan tersebut terdapat pada topik-topik cabang, bukan pada ushul.
Tanya: Apakah pengertian takfir?
Jawab: Takfir artinya seseorang menyifati orang lain sifat kafir yang tidak diperbolehkan kecuali jika orang yang dikafirkan tersebut menolak kebolehan menyembah Allah dengan niat baik. Juga ia menolak keimanan pada malaikat, kitab-kitab suci, para nabi, dan hari kiamat.
Allah Swt. berfirman, Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya…” (QS. Al-Baqarah: 285)
Juga firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 150- 151)
Karena Allah Swt. memerintahkan: Tidak boleh ada pengafiran kepada orang-orang yang saleh juga para pengikut salah satu mazhab Islam, yang seluruh mazhab tersebut memiliki kesepakatan dalam kebolehan dalam niat baik atas ketaatan kepada Allah, keimanan pada para malaikat dan kitab-kitab suci, para nabi, dan hari akhirat juga kepada orang-orang yang beriman pada penerimaan pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang Allah telah perintahkan kepada kita meliputi salat, zakat, puasa, dan haji (bagi mereka yang mampu) juga pada penerimaan kebaikan-kebaikan etis seperti ketulusan, amanah, kesucian, dan amar makruf nahi mungkar.
Nabi saw. secara keras memperingatkan orang-orang yang mengafirkan kaum muslim berdasarkan pada apa yang telah dikutip oleh Ibnu Umar, Ibnu Masud, dan Abu Dzar dalam kitab-kitab sahih.

Fatwa Mufti Agung Suriah, Syekh Ahmad Kuftaro

Syaikh KaftarooTanya:
Apakah mazhab-mazhab seperti Zaidi, Ja’fari, dan Ibadiah adalah mazhab-mazhab Islam?
Jawab:
Membatasi fikih Islam hanya kepada Alquran suci dan sunah adalah kelalaian terhadap agama Islam dan ini telah menjadikan agama yang benar ini suatu agama yang berpandangan picik yang terbatas pada target kecil yang tidak mampu merespon berbagai keinginan manusia dan persoalan-persoalan kehidupan.
Sudut pandang mazhab-mazhab ini dalam cabang-cabang fikih berbeda. Meskipun demikian, mazhab-mazhab fikih ini berjalan di atas prinsip-prinsip Islam dan begitu juga di dalam prinsip-prinsip yang dapat diperdebatkan, perbedaan-perbedaan yang ada di antara para fukaha menyangkut cabang-cabang dari mazhab Islam adalah untuk memudahkan orang-orang dan menghilangkan berbagai kesulitan mereka.
Karena itu, dengan mempertimbangkan fakta-fakta ini, mengikuti (bertaklid) kepada salah satu mazhab-mazhab diizinkan sekalipun itu mengharuskan ia mengarah ke eklektisisme karena mazhab Maliki dan sekelompok mazhab Hanafi secara tepat mempunyai fatwanya. Dengan demikian, beramal yang didasarkan pada mazhab-mazhab Islam yang termudah atau bertaklid pada perintah-perintah termudah ketika itu mengharuskannya dan layak diizinkan, karena agama Tuhan adalah mudah, bukan agama yang sulit.
Misalnya, Allah SWT berfirman: “Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Mâidah: 3)
Karena itu, mazhab Zaidi digolongkan sebagai salah satu mazhab Islam termulia terutama sekali ketika buku yang ditulis oleh Imam Yahya bin Murtadha berjudul Al-Bahr Azh-Zhakhar Al-Jamâ, suatu ensiklopedi fikih di dalamnya tidak ada perbedaan apa pun dengan fikih dari ahlusunah kecuali mereka mempunyai perbedaan-perbedaan parsial di dalam isu-isu seperti ketidaksahan mengusap kepala atau kaki dengan ujung jari-ujung jari yang basah ketika berwudhu juga pemboikotan atas pembantaian oleh non-muslim.
Syiah Imamiah adalah mazhab Islam yang paling dekat kepada mazhab Imam Syafii. Perbedaan fikihnya dengan fikih ahlusunah hanya terkait pada tujuh belas permasalahan.
Demikian juga mazhab Ibadiah adalah mazhab yang paling dekat kepada mazhab ahluljemaah (suni) menyangkut pendapat tersebut karena perintah-perintah fikih dari para pengikutnya diturunkan berdasarkan Alquran, sunah, ijmak, dan kias (qiyâs).
Karena alasan–alasan di atas, perbedaan-perbedaan yang ada di antara para fukaha seharusnya tidak boleh dianggap sebagai tidak lazim karena agama itu dinilai sebagai realitas yang satu dan unik. Lagi pula, sumber dan asal-muasal agama semata-mata Wahyu Ilahi.
Tidak pernah terdengar bahwa perbedaan-perbedaan yang ada di antara mazhab-mazhab fikih telah memicu pertikaian atau konflik bersenjata di antara para pengikut mazhab. Semua itu karena perbedaan-perbedaan yang ada di antara mazhab-mazhab Islam berkenaan dengan fikih ilmiah dan ijtihad bersifat parsial, dan menurut Nabi Islam saw., “Karena keputusan ijtihadnya, fakih menerima pahalanya. Jika ijtihadnya sesuai, dua pahala untuknya. Jika tidak sesuai, tetap ada satu pahala untuknya.”
Dengan demikian, tidaklah tepat menisbatkan sesuatu apa pun kepada mazhab-mazhab Islam kecuali jika di dalam kerangka ini. Mazhab-mazhab yang disebutkan adalah mazhab-mazhab Islam dan fikih mereka terhormat juga didukung.

Fatwa Syekh Universitas Al-Azhar, Mahmud Syaltut

fatwamahmud-syaltut
Kantor Pusat Universitas al-Azhar
Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Teks Fatwa yang dikeluarkan Yang Mulia Syaikh Al-Akbar Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al-Azhar tentang Kebolehan Mengikuti Mazhab Syiah Imamiah
Tanya:
Yang Mulia, sebagian orang percaya bahwa penting bagi seorang muslim untuk mengikuti salah satu dari empat mazhab yang terkenal agar ibadah dan muamalahnya benar secara syar’i, sementara syiah imamiah bukan salah satu dari empat mazhab tersebut, begitu juga syiah Zaidiah. Apakah Yang Mulia setuju dengan pendapat ini dan melarang mengikuti mazhab syiah imamiah itsna asyariyah misalnya?
Jawab:
1. Islam tidak menuntut seorang muslim untuk mengikuti salah satu mazhab tertentu. Sebaliknya, kami katakan: setiap muslim punya hak mengikuti salah satu mazhab yang telah diriwayatkan secara sahih dan fatwa-fatwanya telah dibukukan. Setiap orang yang mengikuti mazhab-mazhab tersebut bisa berpindah ke mazhab lain, dan bukan sebuah tindakan kriminal baginya untuk melakukan demikian.
2. Mazhab Ja’fari, yang juga dikenal sebagai syiah imamiyah itsna asyariyah (Syiah Dua Belas Imam) adalah mazhab yang secara agama benar untuk diikuti dalam ibadah sebagaimana mazhab suni lainnya.
Kaum muslim mestinya mengetahui hal ini, dan seyogianya menghindarkan diri dari prasangka buruk terhadap mazhab tertentu mana pun, karena agama Allah dan syariahnya tidak pernah dibatasi pada mazhab tertentu. Para mujtahid mereka diterima oleh Allah Yang Mahakuasa, dan dibolehkan bagi yang bukan-mujtahid untuk mengikuti mereka dan menyepakati ajaran mereka baik dalam hal ibadah maupun transaksi (muamalah).
Tertanda,
Mahmud Syaltut
Fatwa di atas dikeluarkan pada 6 Juli 1959 dari Rektor Universitas al-Azhar dan selanjutnya dipublikasikan di berbagai penerbitan di Timur Tengah yang mencakup, tetapi tidak terbatas hanya pada:
1. Surat kabar Ash-Sha’ab (Mesir), terbitan 7 Juli 1959.
2. Surat kabar Al-Kifah (Lebanon), terbitan 8 Juli 1959.
Bagian di atas juga dapat ditemukan dalam buku Inquiries About Islam oleh Muhammad Jawad Chirri, Direktur Pusat Islam Amerika (Islamic Center of America), 1986, Detroit, Michigan.

Fatwa Mufti Agung Mesir, Nasr Farid Wasil

Tanya:
Bagaimanakah pendapat Anda mengenai orang yang bertaklid kepada Imam ahlulbait as.?
Jawab:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Sudah maklum bahwa setiap muslim yang beriman kepada Allah Swt., bersyahadat atas monoteisme (tauhid), mengakui misi Nabi Muhammad saw., tidak menyangkal perintah-perintah agama dan orang yang dengan sepenuhnya sadar akan rukun-rukun Islam dan salat dengan tata cara yang benar, maka niscaya juga tepat baginya sebagai imam salat jamaah bagi yang lain dan juga mengikuti imamah orang lain ketika melakukan salat sehari-hari meskipun ada perbedaan-perbedaan (paham) keagamaan di antara imam dan makmumnya. Prinsip ini pun berlaku bagi syiah ahlulbait as.
Kita bersama mereka (syiah ahlulbait) menyangkut Allah, Rasulullah saw., ahlulbait as, juga para sahabat Nabi Muhammad saw.
Tidak ada perbedaan di antara kita dan mereka menyangkut prinsip-prinsip dan dasar-dasar syariah Islam juga kewajiban-kewajiban desisif agama.
Ketika Allah Swt. memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga bisa hadir di Republik Islam Iran di kota-kota seperti Tehran dan Qom. Ketika kami menjadi imam salat berjemaah mereka bermakmum kepada kami, begitu juga ketika mereka menjadi imam kami bermakmum kepada mereka.
Karena itu, kami memohon kepada Allah Swt. untuk melahirkan persatuan di antara umat Islam, menghapus setiap permusuhan, kesulitan, perbedaan di antara mereka dan mengangkat kesulitan-kesulian yang ada di antara mereka sekaitan dengan fikih dan kewajiban-kewajiban agama yang sekunder.

Fatwa Syekh Ali Jum’ah

Ada sebuah kelompok di luar sana yang bekerja keras untuk mempertegang hubungan antara syiah dan suni, untuk memecah persatuan muslim, yang dengan melakukan hal itu mereka dapat meraih tujuan mereka sendiri. Karena alasan ini, dengan dikeluarkannya fatwa saya, saya menyatakan kebolehan untuk beribadah menurut fikih syiah.
Kita harus akui bahwa syiah, di negara ini, cukup maju. Karena alasan ini, kita dapat bekerja sama dengan mereka karena selama ini syiah dan suni memiliki satu kiblat, tidak ada perbedaan di antara mereka. Sejak awal sejarah kita, syiah selalu menjadi bagian tak terpisahkan dalam umat Islam.
Para pengikut mazhab syiah sangat maju, tapi ada segelintir individu yang dengan tujuan menciptakan perbedaan, membuat kitab-kitab mereka (syiah) menjadi usang, dan demikian mengeluarkan beberapa topik yang dapat menimbulkan sikap emosi dan perpecahan.
Beberapa organisasi politik, yang didukung dan dilindungi oleh Wahabi, berusaha mengumpulkan seluruh kekuatan mereka untuk menghambat hubungan antara mazhab syiah dan suni. [Penerjemah: Ali Reza Aljufri]

Fatwa Ayatullah Al-Uzhma Ali Khamenei

Tanya:
Mengingat berbagai alasan kuat untuk mengharuskan persatuan di antara umat muslim, apa pendapat Yang Mulia mengenai pengikut berbagai mazhab Islam—seperti mazhab yang empat ahlusunah, Zaidiah, Zahiri, Ibadhi, dan lainnya yang meyakini prinsip-prinsip agama yang jelas—dalam umat Islam? Apakah diperbolehkan menganggap kafir kepada mazhab yang disebutkan di atas atau tidak? Selain itu, apa saja batasan takfir [pengkafiran] di masa dan era kini?
Jawab:
Semua mazhab Islam adalah tergolong umat Islam dan memiliki akses atas seluruh keuntungan yang diberikan oleh Islam. Selain itu, perpecahan di antara kelompok umat muslim, tidak hanya bertentangan dengan ajaran Alquran yang mulia dan sunah Nabi saw., tapi juga mengakibatkan lemahnya umat muslim dan beralihnya urusan mereka pada musuh-musuh Islam. Oleh karena itu, pembagian semacam itu tidak diboleh untuk alasan apapun. [Penerjemah: Ali Reza Aljufri]

Fatwa Ayatullah Sayid Husain Fadhlullah

Islam, dengan semua kebutuhan teologi yang ditemukan dalam Alquran Alkarim, dapat disimpulkan dalam syahadatain [dua kalimat syahadat]. Setiap individu yang menerima syahadatain adalah muslim. Dia berhak atas semua hak yang dilekatkan pada semua muslim, dan dia diwajibkan untuk melaksanakan seluruh kewajiban [sebagai seorang] muslim. Selain itu, penolakan terhadap aspek-aspek penting agama tidak membuat seseorang menjadi keluar dari agama kecuali jika individu tersebut mengetahui konsekuensi dari penolakannya adalah menolak Nabi saw. Allah Swt.—yang karena topik yang jelas adalah kasus yang sering muncul.
Namun, perbedaan pendapat dalam masalah-masalah teori yang banyak ulama miliki—yang mungkin disebabkan perbedaan pendapat dalam hal keandalan periwayat, atau makna sebuah hadis, atau beberapa hal lain yang menyebabkan perselisihan yang menjadi basis perbedaan—tidak menyebabkan keluarnya seseorang dari agama.
Dalam pandangan ini, kami memiliki pendapat bahwa seluruh muslim dan pengikut mazhab tergolong dalam umat Islam. Karena itu, tidaklah diperbolehkan untuk menyatakan kafir pada mereka dengan alasan apapun. Selain itu, segala perbedaan di antara mereka yang diselesaikan dengan bijak melalui diskusi intelektual dan logis dan melalui bimbingan Alquran yang suci.
“…Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul…” (QS. 4: 59) [Penerjemah: Ali Reza Aljufri]

Fatwa Ayatullah Ali As-Sistani

Ayatullah Ali SistaniTanya:
Apakah orang yang melafalkan dua kalimat syahadat, melaksanakan salatnya dengan menghadap ke arah kiblat (Mekkah) dan ia adalah pengikut salah satu dari delapan mazhab Islam yang terdiri dari Hanafi, Syafii, Maliki, Hambali, Ja’fariah, Zaidiah, Ibadiah dan Zahiriah, dianggap sebagai seorang muslim? Apakah darah, kehormatan, dan hartanya mendapat perlindungan?
Jawab:
Siapa pun yang mengucapkan dua kalimat syahadat atas nama Allah Yang Mahakuasa, tidak melakukan suatu perbuatan yang berlawanan dengannya dan siapapun yang bukan musuh ahlulbait adalah seorang muslim.
Last modified: June 21, 2010
 http://ejajufri.wordpress.com/quran-dan-hadis/fatwa-persatuan/

Analisa “Fatwa” MUI tentang Syiah

Dalam pertemuannya dengan para pelajar Indonesia yang berada di Qom (28/4), Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab menyebutkan bahwa sampai saat ini MUI sama sekali tidak pernah mengeluarkan fatwa mengenai kesesatan Syiah. Namun saat ini beberapa media dan situs yang memiliki tendensi negatif terhadap Syiah mempublikasikan selebaran fatwa MUI yang disebutkan menyatakan kesesatan Syiah dan bukan bagian dari Islam. Manakah yang benar dari keduanya?
Mana yang benar, pernyataan Prof. Umar Shihab yang notabene adalah Ketua MUI yang menyebutkan MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa mengenai kesesatan Syiah atau media-media anti Syiah yang menyebutkan MUI pernah mengeluarkan fatwa kesesatan Syiah dan belum dianulir sampai saat ini?

Berikut kami menyertakan sebuah analisa sederhana:
Prof. Umar Shihab sebagai ketua MUI tentu tidak akan mengeluarkan pernyataan secara gegabah hanya sekedar untuk menyenangkan pendengarnya, dengan mengorbankan reputasinya sebagai tokoh masyarakat, ulama dan pejabat negara. Sementara media-media anti Syiah, tentu akan melakukan banyak hal untuk tetap membenarkan pendapat mereka meskipun itu dengan cara manipulasi dan merendahkan kehormatan seorang muslim.
Media anti-Syiah mempublikasikan kembali hasil Rakernas MUI tahun 1984 yang mengeluarkan rekomendasi mengenai paham Syiah yang kemudian mereka menyebutnya sebagai fatwa MUI.
Berikut teks lengkap rekomendasi tersebut (http://www.mui.or.id/)
Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H/Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ah sebagai berikut:
Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.
Perbedaan itu di antaranya :
  1. Syi’ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu musthalah hadits.
  2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma’sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
  3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.
  4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/ pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi dakwah dan kepentingan umat.
  5. Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah (pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia mengimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah.
Ditetapkan: Jakarta, 7 Maret 1984 M
4 Jumadil Akhir 1404 H
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML (Ketua)
H. Musytari Yusuf, LA (Sekretaris)

Analisa

  1. Meskipun rekomendasi tersebut dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI dan terdapat dalam Himpunan Fatwa MUI namun tidak satupun teks yang menyebutkan bahwa apa yang tertulis di atas adalah Fatwa MUI. Di awal surat disebutkan bahwa teks di atas adalah rekomendasi MUI yang merupakan hasil dari Rakernas MUI tahun 1984 mengenai paham Syiah dan di akhir teks disebutkan himbauan MUI untuk mewaspadai Syiah, dan sama sekali tidak menyebutkan fatwa MUI apapun mengenai Syiah.
  2. Dalam surat rekomendasi tersebut disebutkan, “Faham Syiah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab suni (ahlusunah waljemaah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.” Pernyataan bahwa paham Syiah sebagai salah satu paham yang terdapat dalam dunia Islam, menunjukkan pengakuan MUI bahwa Syiah adalah bagian dari dunia Islam. Tidak sebagaimana pengklaiman media anti-Syiah yang menyebutkan MUI mengeluarkan fatwa kesesatan Syiah dan menganggap Syiah di luar Islam.
  3. Lima poin perbedaan yang dipaparkan MUI dalam surat rekomendasi tersebut adalah perbedaan antara paham Syiah dengan mazhab suni (ahlusunah waljemaah) yang dianut oleh umat Islam Indonesia, bukan dengan ajaran Islam itu sendiri, dan bukan pula dengan mazhab suni (ahlusunah waljemaah) yang dianut umat Islam di luar Indonesia. Mengingat, jangankan pemahaman ahlusunah waljemaah dengan umat Islam di negara lain, dalam negeri Indonesia sendiri, antara sesama pengikut ahlusunah waljemaah terdapat perbedaan akidah dan amalan fikih yang mencolok. Antara pemahaman ahlusunah waljemaah yang dianut Nahdatul Ulama (NU) yang moderat terhadap tradisi lokal sangat berbeda dengan pemahaman ahlusunah waljemaah yang dianut ormas-ormas keagamaan yang berafiliasi ke Arab Saudi.
  4. MUI tidak menyebutkan lima poin perbedaan pokok antara paham Syiah dengan pemahaman ahlusunah waljemaah yang dianut (mayoritas) umat Islam Indonesia sebagai kesesatan Syiah dan pembenaran terhadap pemahaman ahlusunah waljemaah versi umat Islam Indonesia. Adanya perbedaan paham dalam dunia Islam adalah hal yang biasa, sebagaimana perbedaan paham dalam mazhab suni sendiri.
  5. Himbauan MUI agar waspada terhadap ajaran Syiah hanya dikhususkan kepada umat Islam Indonesia yang berpaham ahlusunah waljemaah bukan kepada seluruh umat Islam Indonesia. Karenanya, bukan menjadi persoalan kemudian jika ada ormas-ormas Islam ataupun tokoh Islam yang menyatakan menerima keberadaan Syiah di Indonesia. Dan statusnya sebagai himbauan tidak meniscayakan bahwa yang menerima keberadaan Syiah menentang MUI.
Dengan lima poin analisa sederhana tersebut di atas, kami menyatakan apa yang dinyatakan oleh Prof. Umar Shihab bahwa MUI tidak pernah menyatakan Syiah sesat adalah benar, sementara media-media ataupun ormas-ormas yang anti-Syiah yang mengklaim MUI pernah mengeluarkan fatwa mengenai kesesatan Syiah adalah kedustaan belaka dan upaya manipulatif untuk tetap menimbulkan perpecahan dalam tubuh umat Islam Indonesia.
Kami mengutip kembali pernyataan Prof. Dr. Umar Shihab, “Suni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah Swt. yang menghendaki umat ini bersatu.” Semoga Allah Swt. memperbanyak orang-orang seperti beliau.
Sumber: Lembaga Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam

Update: Saya coba membaca fatwa-fatwa MUI yang lain di bidang akidah dan keagamaan dan “membandingkannya” dengan penjelasan MUI di atas tentang Syiah. Apa yang saya temukan sejalan dengan analisa di atas. Dalam fatwa tentang pengajian Lia Aminuddin, MUI menyatakan agar jemaahnya kembali dan mendalami ajaran Islam. Tentang Islam Jama’ah, MUI menyatakan ajarannya sesat dan menyesatkan. Tentang Ahmadiyah, MUI menyatakan ajaran tersebut berada di luar Islam.
Tapi tentang Syiah, MUI menyatakan “Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam…” memiliki perbedaan dengan ahlusunah. Kemudian MUI menjelaskan perbedaan tersebut yang mana perbedaan tersebut tidak membuatnya keluar dari Islam; meskipun perbedaan tersebut masih dapat didiskusikan dalam kerangka ilmiah. Jadi, mengapa pernyataan Ketua MUI, PBNU, dan Muhammadiyah dikatakan dusta?

http://ejajufri.wordpress.com/2011/05/29/analisa-fatwa-mui-waspada-klaim-palsu-syiah-sesat/

Din Syamsudin dan Said Aqil Siraj: Syiah tidak sesat

Tak seperti Ahmadiyah yang semua ulama hampir menyepakati bahwa ajaran ini sesat dan bukan islam, Syiah justru banyak Ulama yang berpendapat bahwa Syiah tidak sesat. Berikut petikan pendapat beberapa tokoh Islam, diantaranya adalah ketua dua ormas Islam terbesar di Indonesia (NU dan Muhammadiyah) Serta Ketua MUI tentang Syiah dan alasan kenapa ajaran tersebut bukan aliran sesat. (data dari Voa-Islam)
 
Umar Syihab (Ketua MUI)

Menurut Umar Syihab, ia  tak sependapat dengan MUI Jawa Timur yang menyebut aliran Syiah sesat. Umar menegaskan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Syiah sebagai aliran sesat.
Mengenai insiden pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, Umar berpendapat insiden hanyalah ditumpangi pihak-pihak yang ingin mengadu domba umat Islam dengan kedok ajaran Syiah yang dituding sesat.
Kata Umar, MUI tidak pernah menyatakan, bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah satu mazhab yang benar, sama halnya dengan ahli sunnah wal jama'ah. Kendati pun ada perbedaan pandangan, kata dia, Islam tidak pernah menghalalkan kekerasan, apalagi perusakan tempat ibadah dan majelis taklim seperti terjadi di Sampang.
Ajaran Syiah, kata Umar, sudah diakui di dunia islam sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. “Karena itu jangan kita membuat peryataan yang bisa mengeluapkan gejolak di tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban."

Said Aqil Siraj

Menurut Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, ada desain besar di balik aksi pembakaran pesantren penganut Syiah di Sampang, Madura. Tak mungkin peristiwa tersebut terjadi tanpa ada yang membuatnya. Padahal kerukunan hidup beragama di sana sebelumnya baik-baik saja.
Said meminta pemerintah dan aparat keamanan bekerja lebih keras, mencegah aksi serupa terulang di kemudian hari. “Ini pasti ada big design-nya. Ada pihak-pihak yang ingin merusak suasana damai di Indonesia,” kata Said.
Menurut Said Aqil, Sunni dan Syiah hanya dijadikan alat seolah-olah memang ada permusuhan. Padahal tidak, mereka dari dulu sampai sekarang hidup damai berdampingan. Ketua Umum PBNU itu meminta semua pihak bisa menahan diri dengan tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis. “Pihak ketiga itu selalu melancarkan provokasi supaya konflik terus terjadi. Dan bukan tidak mungkin kasus serupa akan terjadi di kemudian hari,” katanya.
Prof Dr Said Agil Siraj mengungkapkan, di sejumlah negara Islam maupun Timur Tengah yang hidup faham Suni dan Syiah, dapat hidup rukun dan berdampingan. ”Bahkan Mufti Syria Badruddin Hassun yang berasal dari Suni, fatwa-fatwanya sangat didengar oleh kelompok Syiah,” jelas Kiai Siraj seraya menambahkan kondisi serupa terjadi di Saudi Arabia, Pakistan, maupun Libanon.
Bahkan di Libanon Selatan, lanjut Said, Hizbullah dari kelompok Syiah didukung juga oleh kelompok Suni. Dikatakan Said, sepanjang sejarah, perbedaan yang terjadi antara Suni dan Syiah sebenarnya, terkait soal kekuasaan atau lazim disebut imamah. Karena itu, kelompok Syiah memasukkan masalah imamah ke dalam rukun agama dan sejak dini anak-anak mereka diajarkan pengetahuan tentang imamah. “Dalam perkembangan Islam, kedua kelompok Suni dan Syiah sama-sama memberikan andil dan peran yang sangat besar dalam peradaban Islam,” tegas kyai Siraj.
Said menyebut sejumlah tokoh Syiah yang memberikan andil besar bagi kemajuan Islam. Sebut saja misalnya Ibnu Sina, seorang filsuf yang juga dikenal sebagai seorang dokter, Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai penemu ilmu hitung atau aljabbar, dan seorang sufi Abu Yazid al Busthami. Mereka yang beraliran Syiah ini telah menyumbangkan ilmunya bagi kemajuan Islam. “Jadi, kedua kelompok ini adalah aset yang sangat berharga bagi umat Islam.”

Syafii Maarif

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengutuk keras aksi pembakaran terhadap pondok pesantren Syiah di Kecamatan Karang Penang, Sampang. Terlebih jika aksi pembakaran tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan keagamaan. 
Menurutnya, kebenaran bukanlah milik individu apalagi kelompok. Syafii mengatakan, Syiah telah diakui sebagai mazhab kelima dalam Islam. Dia pun menyatakan bahwa setiap orang, sekalipun atheis berhak hidup. Terpenting, katanya, bisa hidup rukun dan toleran.

Din Syamsudin

Pada Konferensi Persatuan Islam Sedunia yang berlangsung 4-6 Mei 2008 di Teheran, Iran, Din Syamsuddin pernah mengatakan, bahwa Sunni dan Syi’ah ada perbedaan, tapi hanya pada wilayah cabang (furu’yat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah). Menurut Din, Sunni dan Syi’ah berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad, yakni Ali bin Abi Thalib.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga mengatakan, sewajarnya jika dua kekuatan besar Islam ini (Sunni dan Syi’ah) bersatu melawan dua musuh utama umat saat ini yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. (Detikcom 5 Mei 2008)
Dikatakan Din, seandainya tidak dicapai titik temu, maka perlu dikembangkan tasamuh atau toleransi. Seluruh elemen umat Islam dalam kemajemukannya perlu menemukan “kalimat sama” (kalimatun sawa) dalam merealisasikan misi kekhalifahan di muka bumi. 

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan bahwa persatuan umat Islam khususnya antara kaum Sunni dan kaum Syiah, adalah mutlak perlu sebagai prasyarat kejayaan Islam. Kejayaan umat Islam pada abad-abad pertengahan juga didukung persatuan dan peran serta kedua kelompok umat Islam tersebut.

http://www.konspirasi.com/2012/01/din-syamsudin-dan-said-aqil-siraj-syiah.html

Risalah Amman

PERNYATAAN SIKAP KONFERENSI ISLAM INTERNASIONAL

Konferensi ini diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.)

Bismillahir-Rahmanir-Rahim

Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa… (Al-Nisa’,4:1) Sesuai dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh YTH Imam Besar Syaikh Al-Azhar, YTH Ayatollah Sayyid Ali Al-Sistani, YTH Mufti Besar Mesir, para ulama Syiah yang terhormat (baik dari kalangan Syiah Ja’fari maupun Zaidi), YTH Mufti Besar Kesultanan Oman, Akademi Fiqih Islam Kerajaan Saudi Arabia, Dewan Urusan Agama Turki, YTH Mufti Besar Kerajaan Yordania dan Para Anggota Komite Fatwa Nasional Yordania, dan YTH Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi; Sesuai dengan kandungan pidato Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al-Hussein, Raja Yordania, pada acara pembukaan konferensi;

Sesuai dengan pengetahuan tulus ikhlas kita pada Allah SWT; Dan sesuai dengan seluruh makalah penelitian dan kajian yang tersaji dalam konferensi ini, serta seluruh diskusi yang timbul darinya; Kami, yang bertandatangan di bawah ini, dengan ini menyetujui dan menegaskan kebenaran butir-butir yang tertera di bawah ini:

(1) Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.

(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia. Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat(syahadatayn); kewajiban shalat; zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam:
kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam.

Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.

(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.

(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.

(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.

Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara. Maka itu islahkan hubungan di antara saudara-saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah sehingga kalian mendapat rahmat-Nya. (Al-Hujurat, 49:10).

Amman, 27-29 Jumadil Ula 1426 H./ 4-6 Juli 2005 M.


Para penandatangan:
AFGHANISTAN
1. YTH. Nusair Ahmad Nour
Dubes Afghanistan untuk Qatar

Aljazair
1. YTH. Lakhdar Ibrahimi
Utusan Khusus Sekjen PBB; Mantan Menlu Aljazair
2. Prof. Dr. Abd Allah bin al-Hajj Muhammad Al Ghulam Allah
Menteri Agama
3. Dr. Mustafa Sharif
Menteri Pendidikan
4. Dr. Sa’id Shayban
Mantan Menteri Agama
5. Prof. Dr. Ammar Al-Talibi
Departemen Filsafat, University of Algeria
6. Mr. Abu Jara Al-Sultani
Ketua LSM Algerian Peace Society Movement

AUSTRIA
1. Prof. Anas Al-Shaqfa
Ketua Komisi Islam
2. Mr. Tar afa Baghaj ati
Ketua LSM Initiative of Austrian Muslims

AUSTRALIA
1. Shaykh Salim ‘Ulwan al-Hassani
Sekjen, Darulfatwa, Dewan Tinggi Islam

AZERBAIJAN
1. Shaykh Al-Islam Allah-Shakur bin Hemmat Bashazada
Ketua Muslim Administration of the Caucasus

BAHRAIN
1. Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Sutri
Menteri Kehakiman
2. Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah
sekretaris Kementerian Agama

BANGLADESH
1. Prof. Dr. Abu Al-Hasan Sadiq
Rektor Asian University of Bangladesh

BOSNIA dan HERZEGOVINA
1. Prof. Dr. Syaikh Mustafa Ceric
Ketua Majlis ‘Ulama’dan Mufti Besar Bosnia dan Herzegovina
2. Prof. Hasan Makic
Mufti Bihac
3. Prof. Anes Lj evakovic
Peneliti dan Pengajar, Islamic Studies College

BRAZIL
1. Syaikh Ali Muhmmad Abduni
Perwakilan International Islamic Youth Club di Amerika Latin

kANADA
1. Shaykh Faraz Rabbani
Guru, Hanafijurisprudence, Sunnipath.com

REPUBLIk CHAD
1. Shaykh Dr. Hussein Hasan Abkar
Presiden, Higher Council for Islamic Affair; Imam Muslim, Chad

Mesir
1. Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq
Menteri Agama
2. Prof. Dr. Ali Jumu’a
Mufti Besar Mesir
3. Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib
Rektor Universitas Al-Azhar University
4. Prof. Dr. Kamal Abu Al-Majd
Pemikir Islam; Mantan Menteri Informasi;
5. Dr. Muhammad Al-Ahmadi Abu Al-Nur
Mantan Menteri Agama Mesir; Profesor Fakultas Syariah, Yarmouk University, Jordan
6. Prof. Dr. Fawzi Al-Zifzaf
Ketua Masyayikh Al-Azhar; Anggota the Academy of Islamic Research
7. Prof. Dr. Hasan Hanafi
Peneliti dan Cendekiawan Muslim, Departemen Filsafat, Cairo University
8. Prof. Dr. Muhammad Muhammad Al-Kahlawi
Sekjen Perserikatan Arkeolog Islam; Dekan Fakultas Studi Kesejarahan Kuno, Cairo University
9. Prof. Dr. Ayman Fuad Sayyid
Mantan Sekjen, Dar al-Kutub Al-Misriyya
10. Syaikh Dr. Zaghlul Najjar
Anggota Dewan Tinggi Urusan Islam, Mesir
11. Syaikh Moez Masood
Dai Islam
12. Dr. Raged al-Sirjani
13. Dr. Muhammad Hidaya

Perancis
1. Syaikh Prof. Dalil Abu Bakr
Ketua Dewan Tinggi Urusan Agama Islam dan Dekan Masjid Paris
2. Dr. Husayn Rais
Direktur Urusan Budaya, Masjid Jami’ Paris

JERMAN
1. Prof. Dr. Murad Hofmann
Mantan Dubes Jerman untuk Maroko
2. Syaikh Salah Al-Din Al- Ja’farawi
Asisten Sekjen World Council for Islamic Propagation

INDIA
1. H.E. Maulana Mahmood Madani
Anggota Parlemen
Sekjen Jamiat Ulema-i-Hind
2. Ja’far Al-Sadiq Mufaddal Sayf Al-Din
Cendikiawan Muslim
3. Taha Sayf Al-Din
Cendikiawan Muslim
4. Prof. Dr. Sayyid Awsaf Ali
Rektor Hamdard University
5. Prof. Dr. Akhtar Al-Wasi
Dekan College of Humanities and Languages

INDONESIA
1. Dr. Tutty Alawiyah
Rektor Universitas Islam Al-Syafi’iyah
2. Rabhan Abd Al-Wahhab
Dubes RI untuk Yordania
3. KH Ahmad Hasyim Muzadi
Mantan Ketua PBNU
4. Rozy Munir
Mantan Wakil Ketua PBNU
5. Muhamad Iqbal Sullam
International Conference of Islamic Scholars, Indonesia

IRAN
1. Ayatollah Syaikh Muhammad Ali Al-Taskhiri
Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah.
2. Ayatollah Muhammad Waez-zadeh Al-Khorasani
Mantan Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah
3. Prof. Dr. Mustafa Mohaghegh Damad
Direktur the Academy of Sciences; Jaksa; Irjen Kementerian Kehakiman
4. Dr. Mahmoud Mohammadi Iraqi
Ketua LSM Cultural League and Islamic Relations in the Islamic Republic of Iran
5. Dr. Mahmoud Mar’ashi Al-Najafi
Kepala Perpustakaan Nasional Ayatollah Mar’ashi Al-Najafi
6. Dr. Muhammad Ali Adharshah
Sekjen Masyarakat Persahabatan Arab-Iran
7. Shaykh Abbas Ali Sulaymani
Wakil Pemimpin Spiritual Iran di wilayah Timur Iran

IRAK
1. Grand Ayatollah Shaykh Husayn Al-Mu’ayyad
Pengelola Knowledge Forum
2. Ayatollah Ahmad al-Bahadili
Dai Islam
3. Dr. Ahmad Abd Al-Ghaffur Al-Samara’i
Ketua Diwan Waqaf Sunni

ITALiA
1. Mr. Yahya Sergio Pallavicini
Wakil Ketua, Islamic Religious Community of Italy (CO.RE.IS.)

YORDANIA
1. Prof. Dr. Ghazi bin Muhammad
Utusan Khusus Raja Abdullah II bin Al-Hussein
2. Syaikh Izzedine Al-Khatib Al-Tamimi
Jaksa Agung
3. Prof. Dr. Abdul-Salam Al-Abbadi
Mantan Menteri Agama
4. Prof. Dr. Syaikh Ahmad Hlayyel
Penasehat Khusus Raja Abdullah dan Imam Istana Raja
5. Syaikh Said Al-Hijjawi
Mufti Besar Yordania
6. Akel Bultaji
Penasehat Raja
7. Prof. Dr. Khalid Touqan
Menteri Pendidikan dan Riset
8. Syaikh Salim Falahat
Ketua Umum Ikhwanul Muslimin Yordania
9. Syaikh Dr. Abd Al-Aziz Khayyat
Mantan Menteri Agama
10. Syaikh Nuh Al-Quda
Mantan Mufti Angkatan Bersenjata Yordania
11. Prof. Dr. Ishaq Al-Farhan
Mantan Menteri Pendidikan
12. Dr. Abd Al-Latif Arabiyyat
Mantan Ketua DPR Yordania;
Shaykh Abd Al-Karim Salim Sulayman Al-Khasawneh
Mufti Besar Angkatan Bersenjata Yordania
13. Prof. Dr. Adel Al-Toweisi
Menteri Kebudayaan
14. Mr.BilalAl-Tall
Pemimpin Redaksi Koran Liwa’
15. Dr. Rahid Sa’id Shahwan
Fakultas Ushuluddin, Balqa Applied University

KUWAIT
1. Prof. Dr. Abdullah Yusuf Al-Ghoneim
Kepala Pusat Riset dan Studi Agama
2. Dr. Adel Abdullah Al-Fallah
Wakil Menteri Agama

LEBANON
1. Prof. Dr. Hisham Nashabeh
Ketua Badan Pendidikan Tinggi
2. Prof. Dr. Sayyid Hani Fahs
Anggota Dewan Tinggi Syiah
3. Syaikh Abdullah al-Harari
Ketua Tarekat Habashi
4. Mr. Husam Mustafa Qaraqi
Anggota Tarekat Habashi
5. Prof. Dr. Ridwan Al-Sayyid
Fakultas Humaniora, Lebanese University; Pemred Majalah Al-Ijtihad
6. Syaikh Khalil Al-Mays
Mufti Zahleh and Beqa’ bagian Barat

LiBya
1. Prof. Ibrahim Al-Rabu
Sekretaris Dewan Dakwah Internasional
2. Dr. Al-Ujaili Farhat Al-Miri
Pengurus International Islamic Popular Leadership

MALAYSIA
1. Dato’ Dr. Abdul Hamid Othman
Menteri Sekretariat Negara
2. Anwar Ibrahim
Mantan Perdana Menteri
3. Prof. Dr. Muhamad Hashem Kamaly
Dekan International Institute of Islamic Thought and Civilisation
4. Mr. Shahidan Kasem
Menteri Negara Bagian Perlis, Malaysia
5. Mr. Khayri Jamal Al-Din
Wakil Ketua Bidang Kepemudaan UMNO

Maladewa
1. Dr. Mahmud Al-Shawqi
Menteri Pendidikan

Maroko
1. Prof. Dr. Abbas Al-Jarari
Penasehat Raja
2. Prof. Dr. Mohammad Farouk Al-Nabhan
Mantan Kepala DarAl-Hadits Al-Hasaniyya
3. Prof. Dr. Ahmad Shawqi Benbin
Direktur Perpustakaan Hasaniyya
4. Prof. Dr. Najat Al-Marini
Departemen Bahasa Arab, Mohammed V University

NIGERIA
1. H.H. Prince Haji Ado Bayero
Amir Kano
2. Mr. Sulayman Osho
Sekjen Konferensi Islam Afrika

Kesultanan OMAN
1. Shaykh Ahmad bin Hamad Al-Khalili
Mufti Besar Kesultanan Oman
2. Shaykh Ahmad bin Sa’ud Al-Siyabi
Sekjen Kantor Mufti Besar

PAKISTAN
1. Prof. Dr. Zafar Ishaq Ansari
Direktur Umum, Pusat Riset Islam, Islamabad
2. Dr. Reza Shah-Kazemi
Cendikiawan Muslim
3. Arif Kamal
Dubes Pakistan untuk Yordania
4. Prof. Dr. Mahmoud Ahmad Ghazi
Rektor Islamic University, Islamabad; Mantan Menteri Agama Pakistan

PALESTINA
1. Shaykh Dr. Ikrimah Sabri
Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid Al-Aqsa
2. Shaykh Taysir Raj ab Al-Tamimi
Hakim Agung Palestina

PORTUGAL
1. Mr. Abdool Magid Vakil
Ketua LSM Banco Efisa
2. Mr. Sohail Nakhooda
Pemred Islamica Magazine

QATAR
1. Prof. Dr. Shaykh Yusuf Al-Qaradawi
Ketua Persatuan Internasional Ulama Islam
2. Prof. Dr. Aisha Al-Mana’i
Dekan Fakultas Hukum Islam, University of Qatar

RUSIA
1. Shaykh Rawi Ayn Al-Din
Ketua Urusan Muslim
2. Prof. Dr. Said Hibatullah Kamilev
Direktur, Moscow Institute of Islamic Civilisation
3. Dr. Murad Murtazein
Rektor, Islamic University, Moskow

ARAB SAUDI
1. Dr. Abd Al-Aziz bin Uthman Al-Touaijiri
Direktur Umum, The Islamic Educational, Scientific and Cultural
Organization (ISESCO)
2. Syaikh al-Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Saqqaf

SENEGAL
1. Al-Hajj Mustafa Sisi
Penasehat Khusus Presiden Senegal

SINGAPORE
1. Dr. Yaqub Ibrahim
Menteri Lingkuhan Hidup dan Urusan Muslim

AFRIKA SELATAN
1. Shaykh Ibrahim Gabriels
Ketua Majlis Ulama Afrika Utara South African ‘Ulama’

SUDAN
1. Abd Al-Rahman Sawar Al-Dhahab
Mantan Presiden Sudan
2. Dr. Isam Ahmad Al-Bashir
Menteri Agama

SWISS
1. Prof. Tariq Ramadan
Cendikiawan Muslim

SYRIA
1. Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti
Dai, Pemikir dan Penulis Islam
2. Prof. Dr. Syaikh Wahba Mustafa Al-Zuhayli
Ketua Departemen Fiqih, Damascus University
3. Syaikh Dr. Ahmad Badr Hasoun
Mufti Besar Syria

THAILAND
1. Mr. Wan Muhammad Nur Matha
Penasehat Perdana Menteri
2. Wiboon Khusakul
Dubes Thailand untuk Irak

TUNISIA
1. Prof. Dr. Al-Hadi Al-Bakkoush
Mantan Perdana Menteri Tunisia
2. Dr. Abu Baker Al-Akhzuri
Menteri Agama

TURKI
1. Prof. Dr. Ekmeleddin I lis an og hi
Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI)
2. Prof. Dr. Mualla Saljuq
Dekan Fakultas Hukum, University of Ankara
3. Prof. Dr. Mustafa Qag nci
Mufti Besar Istanbul
4. Prof. Ibrahim Kafi Donmez
Profesor Fiqih University of Marmara

UKRAINA
1. Shaykh Dr. Ahmad Tamim
Mufti Ukraina

Uni Emirat Arab
1. Mr. Ali bin Al-Sayyid Abd Al-Rahman Al-Hashim
Penasehat Menteri Agama
2. Syaikh Muhammad Al-Banani
Hakim Pengadilan Tinggi
3. Dr. Abd al-Salam Muhammad Darwish al-Marzuqi
Hakim Pengadilan Dubai

Inggris
1. Syaikh Abdal Hakim Murad / Tim Winter
Dosen, University of Cambridge
2. Syaikh Yusuf Islam /Cat Steven
Dai Islam dan mantan penyanyi
3. Dr.FuadNahdi
Pemimpin Redaksi Q-News International
4. SamiYusuf
Penyanyi Lagu-lagu Islam

Amerika Serikat
1. Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr
Penulis dan profesor Studi-studi Islam, George Washington University
2. Syaikh Hamza Yusuf
Ketua Zaytuna Institute
3. Syaikh Faisal Abdur Rauf
Imam Masjid Jami Kota New York
4. Prof. Dr. Ingrid Mattson
Profesor Studi-studi Islam, Hartford Seminary; Ketua Masyarakat Islam
Amerika Utara (ISNA)

UZBEKISTAN
1. Syaikh Muhammad Al-Sadiq Muhammad Yusuf
Mufti Besar

Yaman
1. Syaikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz
Ketua Madrasah Dar al-Mustafa, Tarim
2. Syaikh Habib Ali Al-Jufri
Dai Internasional
3. Prof. Dr. Husayn Al-Umari
Anggota UNESCO; Profesor Sejarah, Universitas Sana’a’

teks aslinya bisa dilihat di www.ammanmassage.com (Arab-Inggris); http://www.kingabdullah.jo/main2.php?page_id=464

UNDUH Amman Message

Tiga Poin Penting Risalah Amman

Risalah Amman Yang Ditanda Tangani Kurang Lebih 500 Ulama Baik Syiah maupun Sunnah

Risalah 'Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh HM Raja Abdullah II bin Al-Hussein di Amman, Yordania. Risalah Amman (رسالة عمّان) bermula dari upaya pencarian tentang manakah yang “Islam” dan mana yang bukan (Islam), aksi mana yang merepresentasikan Islam dan mana yang tidak (merepresentasikan Islam). Tujuannya adalah untuk memberikan kejelasan kepada dunia modern tentang "Islam yang benar (الطبيعة الحقيقية للإسلام)" dan "kebenaran Islam" (وطبيعة الإسلام الحقيقي).

Untuk lebih menguatkan asas otoritas keagamaan pada pernyataan ini, Raja Abdullah II mengirim tiga pertanyaan berikut kepada 24 ulama senior dari berbagai belahan dunia yang merepresentasikan seluruh Aliran dan Mazhab dalam Islam :

1. Siapakah seorang Muslim ?

2. Apakah boleh melakukan Takfir (memvonis Kafir) ?

3. Siapakah yang memiliki haq untuk mengeluarkan fatwa ?

Dengan berlandaskan fatwa-fatwa ulama besar (العلماء الكبار) --termasuk diantaranya Syaikhul Azhar (شيخ الأزهر), Ayatullah As-Sistaniy (آية الله السيستاني), Syekh Qardhawiy (شيخ القرضاوي)-- , maka pada Juli tahun 2005 M, Raja Abdullah II mengadakan sebuah Konferensi Islam Internasional yang mengundang 200 Ulama terkemuka dunia dari 50 negara. Di Amman, ulama-ulama tersebut mengeluarkan sebuah panduan tentang tiga isu fundamental (yang kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Poin Risalah 'Amman/محاور رسالة عمّان الثلاثة”), Berikut adalah kutipan Piagam Amman dari Konferensi Islam Internasional yang diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.) dan dihadiri oleh ratusan Ulama' dari seluruh dunia sebagai berikut:

[1]Siapapun yang mengikuti Madzhab yang 4 dari Ahlussunnah wal Jamaah (Madzhab Hanafiy, Malikiy, Syafi'iy, Hanbali), Madzhab Jakfariy, Madzhab Zaidiyah, Madzhab Ibadiy, Madzhab Dhahiriy, maka dia Muslim dan tidak boleh mentakfir-nya (memvonisnya kafir) dan haram darahnya, kehormatannya dan hartanya. dan juga dalam fatwa Fadlilatusy Syekh Al-Azhar tidak boleh mentakfir ulama-ulama beraqidah Al-Asy'ariyah dan aliran Tashawuf yang hakiki (benar). Demikian juga tidak boleh memvonis kafir ulama-ulama yang berpaham Salafiy yang shahih

Sebagaimana juga tidak boleh memvonis kafir kelompok kaum Muslimin yang lainnya yang beriman kepada Allah dan kepara Rasulullah, rukun-rukun Iman, menghormati rukun Islam dan tidak mengingkari informasi yang berasal dari agama Islam.

[2]. Sungguh diantara madzhab yang banyak tersebut memang terdapat perbedaan (ikhtilaf), maka ulama-ulama dari delapan madzhab tersebut bersepakat dalam mabda' yang pokok bagi Islam. Semuanya beriman kepada Allah subhanahu wa ta'alaa yang Maha Esa, Al-Qur'an al-Karim adalah Kalamullah, Sayyidina Muhammad 'alayhis shalatu wassalam adalah Nabi sekaligus Rasul bagi umat manusia seluruhnya, dan mereka bersepakat atas rukun Islam yang 5 : Syadatayn, Shalat, Zakat, puasa Ramadhan, Haji kepa Baitullah, dan juga bersepakat atas Rukun Imam yang 6 ; beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari kiamat, dan kepada Qadar yang baik dan buruk, dan ulama-ulama dari perngikut Madzhab tersebut berbeda pendapat dalam masalah Furu' (cabang) dan bukan masalah Ushul (pokok), dan itu adalah Rahmat, dan terdahulu telah dikatakan ;

إنّ اختلاف العلماء في الرأي أمرٌ جيّد

"Sesungguhnya ikhtilaf (perbedaan pendapat) para Ulama dalam masalah pemikiran hal yang baik"

[3]. Pengakuan terhadap madzhab-madzhab dalam Islam berarti berkomitmen dengan metodologi (manhaj) dalam hal fatwa ; maka siapapun tidak boleh mengeluarkan fatwa selain yang memenuhi kriteria tertentu dalam setiap madzhab, dan tidak boleh berfatwa selain yang berkaitan dengan manhaj (metodologi) madzhab, tidak boleh seorang pun mampu mengklaim ijtihad dan mengembangkan/membuat madzhab/pendapat baru atau mengelurkan fatwa yang tidak bisa diterima yang dapat mengeluarkan kaum Muslim dari kaidah syar'iyyah, prinsip, ketetapan dari madzhabnya.

Tiga Poin Risalah 'Amman ini lalu diadopsi oleh kepemimpinan politik dunia Islam pada pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Mekkah pada Desember 2005. Dan setelah melewati satu tahun periode dari Juli 2005 hingga Juli 2006, piagam ini juga diadopsi oleh enam Dewan Ulama Islam Internasional. Secara keseluruhan, lebih dari 500 ulama Islam terkemuka telah mendukung Risalah 'Amman dan tiga poin pentingnya.

Di antara penandatangan dan pengesah Risalah Amman ini adalah:

Afghanistan: Hamid Karzai (Presiden).

Amerika Serikat: Prof. Hossein Nasr, Syekh Hamza Yusuf (Institut Zaytuna), Ingrid Mattson (ISNA)

Arab Saudi: Raja Abdullah As-Saud, Dr. Abdul Aziz bin Utsman At-Touaijiri, Syekh Abdullah Sulaiman bin Mani’ (Dewan Ulama Senior).

Bahrain: Raja Hamad bin Isa Al-Khalifah, Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah (Wakil Menteri Urusan Islam)

Bosnia Herzegovina: Prof. Dr. Syekh Mustafa Ceric (Ketua Ulama dan Mufti Agung), Prof. Enes Karic (Profesor Fakultas Studi Islam)

Mesir: Muhammad Sayid Thantawi (Mantan Syekh Al-Azhar), Prof. Dr. Ali Jum’ah (Mufti Agung), Ahmad Al-Tayyib (Syekh Al-Azhar)

India: Maulana Mahmood (Sekjen Jamiat Ulema-i-Hindi)

Indonesia: Maftuh Basyuni (Mantan Menag), Din Syamsuddin (Muhammadiyah), Hasyim Muzadi (NU).

Inggris: Dr. Hassan Shamsi Basha (Ahli Akademi Fikih Islam Internasional), Yusuf Islam, Sami Yusuf (Musisi).

Iran: Ayatullah Ali Khamenei (Wali Amr Muslimin), Ahmadinejad (Presiden), Ayatullah Ali Taskhiri (Sekjen Pendekatan Mazhab Dunia), Ayatullah Fadhil Lankarani.

Irak: Jalal Talabani (Presiden), Ayatullah Ali As-Sistani, Dr. Ahmad As-Samarai (Kepala Dewan Wakaf Sunni)

Kuwait: Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber As-Sabah.

Lebanon: Ayatullah Husain Fadhlullah, Syekh Muhammad Rasyid Qabbani (Mufti Agung Sunni).

Oman: Syekh Ahmad bin Hamad Al-Khalili (Mufti Agung Kesultanan Oman)

Pakistan: Pervez Musharraf (Presiden), Syekh Muhammad Tahir-ul-Qadri (Dirjen Pusat Penelitian Islam), Muhammad Taqi Usmani.

Palestina: Syekh Dr. Ikramah Sabri (Mufti Agung dan Imam Al-Aqsha).

Qatar: Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Dr. Ali Ahmad As-Salus (Profesor Syariah Universitas Qatar).

Sudan: Omar Hassan Al-Bashir (Presiden).

Suriah: Syekh Ahmad Badr Hasoun (Mufti Agung), Syekh Wahbah Az-Zuhaili (Kepala Departemen Fikih), Salahuddin Ahmad Kuftaro.

Yaman: Habib Umar bin Hafiz (Darul Mustafa), Habib Ali Al-Jufri.

Yordania: Raja Abdullah II, Pangeran Ghazi bin Muhammad (Dewan Pengawas Institut Aal Al-Bayt), Syekh Izzuddin Al-Khatib At-Tamimi (Hakim Agung), Syekh Salim Falahat (Ikhwanul Muslimin Yordania).

_________________________________________________________
sumber : ammanmessage.com

Syeikh Mahmud Syaltut, Penggagas Ide Pendekatan antar Mazhab

Syeikh Mahmud Syaltut adalah seorang ulama, ahli tafsir dan mufti di Kairo. Beliau juga dikenal sebagai penyeru persatuan umat islam. Sebelum dikenal sebagai pemikir dan teolog besar, beliau sudah dikenal sebagai seorang fakih dan pelopor pendekatan antar mazhab Islam.

Beliau telah melakukan langkah-langkah dasar dalam pembenahan pandangan Islam dan pendekatan antar mazhab dengan ide-idenya yang maju. Jasa-jasa beliau dalam hal ini sangatlah besar dan mendasar. Dalam salah satu fatwanya yang paling bersejarah, beliau sebagai ulama besar Ahli Sunah dan mufti al-Azhar mengumumkan diperbolehkannya mengikuti mazhab Syiah.

Syeikh Mahmud Syaltut lahir pada tahun 1310 H di Buhairah, Mesir. Setelah menyelesaikan pendidikannya di universitas Iskandariah Mesir, beliau mengajar di universitas tersebut lalu pindah ke universitas Al-Azhar. Di sana beliau terus berkembang dan maju hingga pada akhirnya pada tahun 1378 H menjadi mufti umum al-Azhar. Beliau terus mengemban tanggung-jawab ini hingga wafat pada tahun 1383 H.

Syeikh Syaltut seorang fakih yang bijak dan tidak fanatik. Beliau telah melakukan usaha-usaha yang sangat berpengaruh dalam upaya pendekatan mazhab-mazhab Islam. Para ulama dan pembesar Ahli sunah dan Syiah juga mendampingi beliau dalam mewujudkan hal ini.
Beliau sempat surat-menyurat dan berdialog dengan tokoh-tokoh besar (Syiah) seperti Muhammad Husein Kasyiful Ghita, sayid Abdul Husein Syarafuddin Amili, dan ayatullah sayyid Husein Borujerdi. Beliau juga telah melakukan banyak hal dalam usaha pendekatan antar mazhab, antara lain:

1. Menyebarkan pemikiran pendekatan antar mazhab Islam untuk menghilangkan pertikaian dan mendirikan yayasan pendekatan antar mazhab Islam di Kairo yang bernama "Dar al-Taqrib wa Nasyri Majallah Risalah al-Islam".
2. Mengumpulkan dan mengoreksi validitas hadis-hadis yang sama antara Ahli Sunah dan Syiah, yang berhubungan dengan pendekatan antarmazhab.
3. Memasukkan fikih Syiah dalam mata pelajaran fikih Islam komperatif untuk mahasiswa universitas al-Azhar.
4. Yang terpenting adalah fatwa beliau yang telah membenarkan mazhab Syiah sebagai salah satu mazhab yang sah dan boleh diikuti. Padahal, sampai saat itu belum ada ulama besar dari Ahli Sunah maupun mufti al-Azhar yang pernah memberikan fatwa seperti itu.

Dengan fatwa ini beliau telah menunjukkan kebesarannya dan memperkecil jarak antar mazhab. Karena pentingnya fatwa bersejarah Syeikh Syaltut tentang pembenaran mazhab syiah ini, kami akan membawakan teks fatwa tersebut:



Seseorang telah bertanya, "Sebagian masyarakat berpendapat bahwa setiap muslim harus mengikuti salah satu fikih dari empat mazhab agar amal ibadah dan muamalahnya sah. Sedangakan Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah tidak termasuk dalam empat mazhab tersebut. Apakah anda sepakat dengan pendapat ini dan mengharamkan mengikuti mazhab Syiah Itsna Asyariyah (Dua Belas Imam atau Imamiah)?

Syeikh Syaltut menjawab,
1) Agama islam tidak memerintahkan umatnya untuk mengikuti mazhab tertentu. Setiap muslim boleh mengikuti mazhab apapun yang benar riwayatnya dan mempunyai kitab fikih khusus. Setiap muslim yang mengikuti mazhab tertentu dapat merujuk ke mazhab lain (mazhab apapun) dan tidak ada masalah.
2) Mazhab Ja'fari yang dikenal sebagai mazhab Syiah Dua Belas Imam adalah mazhab yang secara syariat boleh diikuti seperti mazhab-mazhab Ahli Sunah lainnya.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya umat Islam memahami hal ini dan meninggalkan fanatisme buta terhadap mazhabnya, karena agama dan syariat Allah tidak mengikuti mazhab tertentu dan tidak pula terpaku pada mazhab tertentu, akan tetapi semua pemimpin mazhab adalah mujtahid dan ijtihad mereka sah di mata Allah Swt. Setiap muslim yang bukan mujtahid dapat merujuk kepada mazhab yang mereka pilih. Ia boleh mengikuti hukum-hukum fikih dari mazhab yang dipilih itu dan dalam hal ini tidak ada perbedaan antara ibadah dan muamalah.

Dar Al-Taqrib
Syekh Syaltut adalah seorang tokoh besar dan pendiri "Dar al-Taqrib bayna al-Madzahib al-Islamiyah" Mesir. Lembaga ini adalah sebuah institusi yang berusaha mewujudkan pendekatan dan persaudaraan serta menghilangkan perpecahan dan perselisihan yang ada antara Ahli Sunah dan Syiah. Yayasan ini juga memiliki misi memperkuat hubungan antara mazhab-mazhab islam; sebuah pusat pergerakan yang pada akhirnya menjadi dasar pikiran berdirinya "Majma-e Jahani-e Taghrib-e Mazaheb-e Islami" (Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam) di Iran.

Pimpinan Universitas Al-Azhar
Beliau menjadi wakil rektor universitas tersebut pada tahun 1957 M. Pada bulan Oktober tahun 1958 beliau diangkat menjadi rektor universitas oleh presiden. Beliau mengemban tanggung-jawab ini hingga akhir hayatnya. Pemimpin besar dan cendekiawan ini wafat pada umurnya yang ke 70 di malam Jumat tanggal 26 Rajab tahun 1383 H., yang bertepatan dengan tanggal 12 September 1963 M.

Hasil karya beliau yang populer antara lain:
Tafsir Al-Quran Al-Karim
Nahju Al-Quran fi Bina Al-mujtama
Al-Islam, Al-Aqidah wa Al-Syariah
Al-Fatawa
Al-Qital fi Al-Islam
Min Tawjihat Al-Islam
Muqaronah Al-Madzahib fi Al-Fiqh
Fiqh Al-Quran (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)

http://indonesian.irib.ir/tokoh1/-/asset_publisher/2kV3/content/syeikh-mahmud-syaltut-penggagas-ide-pendekatan-antar-mazhab

Jumat, 03 Februari 2012

Nasihat Ahmad Deedat tentang Sunni-Syiah

Dalam Alquran, Allah Swt. berfirman: Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai (QS. At-Taubah : 33), walaupun Amerika Serikat, Rusia dan seluruh adi daya tidak menyukainya. Janji Allah tidak bergantung pada kekuatan para adi daya. Dalam pengertian luas, pergerakan Islam menjangkau seluruh umat. Dalam pengertian sempit, pergerakan Islam merepresentasikan bagian dari umat yang paling cepat dalam perjuangannya untuk menjadikan Islam sebagai jalan hidup.

Beberapa tahun yang lalu tidak ada yang menyadari seorang pemimpin tunggal dalam pergerakan Islam. Hal itu menjadi pemandangan negatif yang menutupi wajah umat sebagai pergerakan sejarah menuju akhir abad ke-14 hijriah. Namun dunia tidak menyadari pergerakan Islam di Iran. Iran di bawah eks-Syah telah mencederai Islam. Iran berada dalam posisi lemah. Kita adalah suni dan kebodohan kita pada masa itu sangat jelas. Dengan seketika revolusi Islam di Iran menjadi headline pada awal tahun 1978.

Mayoritas umat Islam yang menyebut diri mereka suni juga tidak menyadarinya. Propaganda Syah adalah dengan menyalahkan ulama Islam. Media Barat dan media Islam yang dimanipulasi Barat, serta rezim di negara-negara Islam menganggap kejadian di Iran sebagai hal kecil. Kita semua terlambat dalam menyadari realita baru di Iran. Telah ada usaha sistematis untuk menodai Islam Iran. Media Barat sengaja memberitakan kabar palsu tentang Revolusi Islam yang dipimpin Ayatullah Khomeini, pendiri dan pemimpin Republik Islam Iran.

Kampanye dalam menyerang Iran bukan hal baru. Sejak awal, kepentingan pribadi telah membawa kampanye tiada akhir dalam melawan Revolusi Islam Iran. Tamu pembicara kita malam ini, Syekh Ahmad Deedat yang merupakan ulama terkemuka Islam dan baru saja kembali dari perjalanannya ke Iran, akan menceritakan kepada kita perjalanan pertamanya ke Iran. Saya panggilkan Tuan Ahmad Deedat untuk berbicara kepada kalian.

Syekh Ahmad Deedat

Aku berlindung (kepada Allah) dari godaan setan yang terkutuk. Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Jika kamu berpaling (dari Islam dan ketaatan kepada Allah), Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (QS. Muhammad : 38). Mahabenar Allah.

Saudara-saudara sekalian,
Kita meragukan keajaiban dari sebuah negara yang terlahir kembali. Janji Allah yang tidak dapat ditawar telah terbukti dalam kebangkitan dan keruntuhan sebuah bangsa yang disebutkan dalam ayat yang saya baca kepada Anda dari surah Muhammad. Bagian akhir dari ayat tersebut memperingatkan kita bahwa jika kalian berbalik dari kewajiban dan tanggung jawab, maka Dia akan menggantikan kalian dengan bangsa lain.

Pribahasa Urdu menggunakan kalimat indah ini ketika menggambarkan beberapa musibah yang terjadi di sebuah umat dan berbicara tentang sebuah negara yang dapat menggantikan mereka. Sebenarnya ini adalah bahasa Aluran dan benar-benar terjadi melalui sejarah yang berulang. Pertama, Allah Swt. memilih Yahudi Bani Israil sebagaimana yang Dia katakan dalam Quran: Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (QS. al-Baqarah [2]: 47).

Dengan kemuliaan itu seharusnya mereka menjadi pembawa obor pengetahuan Tuhan untuk dunia. Ini merupakan kehormatan, ini merupakan hak istimewa dan ini merupakan yang pertama bagi kaum Yahudi. Tapi karena mereka tidak mematuhi kewajiban, seorang Yahudi di antara Yahudi pengikut Nabi Isa as. sebagaimana direkam di kitab Kristiani mengatakan kepada mereka: “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” (Mattius 21: 43), dan bangsa yang akan bangkit adalah umat Islam. Hal itu diambil dari bangsa Yahudi dan diberikan kepada umat Islam.

Umat Islam kemudian, di antara mereka yang pertamanya adalah bangsa Arab, diberikan oleh Allah hak istimewa sebagai pembawa obor cahaya dan pengetahuan untuk dunia, namun karena mereka bersantai dan gagal membawa hasil, Allah mengganti mereka dengan bangsa lain. Dalam sejarah, kita mengingat orang Turki dan Mongol menghancurkan kerajaan Islam dan ketika mereka menerima Islam, mereka menjadi pembawa obor cahaya dan pengetahuan bagi dunia.

Sebagaimana Iqbal menggambarkan situasi ini dengan indah, “Wahai kalian orang muslim, kalian tidak akan binasa jika Iran atau Arab binasa. Kekuatan anggur tidak bergantung kemurnian botolnya. Botolnya adalah bangsa kita. Batasan kita dan kekuatan Islam tidak bergantung pada batasan geografi atau bangsa.” Inilah yang Allah kehendaki lagi, Dia memilih Yahudi lalu memilih Arab dan ketika mereka menjadi lemah, Dia memilih Turki dan ketika mereka menjadi lemah bangsa lain… dan seterusnya merupakan proses berlanjut.

Jika kalian tidak mengerjakan kewajiban, Allah Swt. akan memilih bangsa lain yang ingin. Di dunia saat ini ada ratusan juta lebih umat muslim. Miliaran kalau kita ingin berbangga! Sembilan puluh persen dari satu miliar merupakan suni. Kita telah berhenti memberikan kebaikan maka Allah memilih sebuah bangsa yang kita anggap remeh. Bangsa Iran! Orang Syiah! Sejarah buruk menimpa saudara seiman kita di Iran di mana Syah menjadi raja… dan nama dia kebetulan saja Muhammad. Bayangkan! Orang ini bernama Muhammad dan bukan orang yang beriman. Sulit bagi kita untuk membayangkannya saat ini, tapi sekali saja pergi ke negara itu, mencari hingga detail dan lihat apa yang sedang terjadi.

Orang Iran ini yang terlihat seperti Syah (raja) sebenarnya hanyalah orang asing. Jika Hitler menaklukan bangsa ini dan menyerang mereka, kita dapat memahaminya. Jika Rusia menaklukan rakyat itu, kita dapat mengertinya. Tapi di sana ada orang Iran, berbahasa Persia, yang namanya Muhammad. Tapi, lihatlah ke arah mana ia membungkuk? Enam belas tahun dia melarang salat Jumat. Enam belas tahun! Kita telah menyamakan Iran dengan Syah dan Syah dengan Iran. Bagi kita mereka adalah istilah yang sama. Tapi jika Anda melihat lebih jauh, kita tahu bahwa Syah dan rakyat Iran terpisah. Mereka dalam realitasnya bagaikan orang asing satu sama lain.

Sekarang tentang kunjungan dan kesan saya terhadap Iran. Saya mulai dengan tempat di mana saya merasakan keharuman persaudaraan rakyat Iran pertama kali terhadap kami. Kebetulan ini terjadi di Roma. Saya yang pertama merasakan dan kemudian beberapa teman saya merasakannya pula di bandara udara Roma. Kami sedang menunggu pesawat, dan kami mendapat sejumlah masalah dengan visa dan salah seorang dari kami bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini. Kemudian dia menuju kantor Iran Air dan mengatakan masalahnya kepada wanita muda yang mengenakan pakaian Islam lengkap dan tertutup. Sangat indah melihatnya… yang saya maksud adalah ketika Anda melihat orang-orang dengan pakaian seperti itu (chodur) mereka adalah orang-orang yang cantik. Jadi di sana ada seorang wanita dan kalian harus melihat bagaimana dia menangani masalah tersebut. Seseorang datang kepada kami dan mengatakan, “Tuan, jika Anda ingin melihat wanita muslim Iran yang sesungguhnya maka datanglah (ke Iran).” Saya dan beberapa orang pun pergi dan kami melihatnya. Itu adalah aroma pertama yang kami rasakan dari umat Islam Iran di Roma.

Ketika kami mendarat di Iran, kami memilih hotel bintang lima yang dahulu sebelum Revolusi di kenal sebagai Hotel Hilton tapi sekarang bernama Hotel Istiqlal. Kemudian kami berkeliling ke tempat-tempat menarik dan saya akan menceritakan kepada Anda beberapa hal yang kami lihat dan saya akan menggambarkan perasaan dan pengalaman kami.

Jika saya mengingat dengan benar, tempat pertama yang kami datangi adalah pemakaman Behesht Zahra. Behesht berarti “surga” dalam bahasa Persia dan Zahra adalah gelar dari Fatimah Az-Zahra yang merupakan putri Nabi Muhammad (saw.). Zahra berarti cahaya. Jadi tempat ini disebut Surga yang Bercahaya.

Sebelum tiba di Iran, saya pernah membaca tentang pemakaman Behesht Zahra. Saya ingat ketika Imam Khomeini tiba di Teheran beliau berkunjung ke pemakaman. Saya berpikir, kenapa dia pergi ke pemakaman? Untuk berdoa? Ya! Untuk orang yang meninggal? Ya! Ketika Anda memikirkan pemakaman di sini, Afrika Selatan, Anda mengingat jalan Brook dan Riverside. Anda tidak bisa membayangkan bahwa pemakaman ini luasnya berkilo-kilo. Anda tidak bisa membayangkannya! Ini adalah tanah terbuka di mana satu atau dua juta orang bisa ditampung. Orang berkumpul di sini karena ini adalah tempat termudah untuk meluapkan emosi dan beban spiritual karena di sana Anda memiliki syuhada. Ada 70.000 lebih syuhada dalam peristiwa revolusi dan 100.000 luka-luka. Masyarakat dengan slogan “Allahu Akbar” sebagai senjata mereka telah menghancurkan kekuatan militer terbesar di Timur Tengah. Jadi kami pergi ke pemakaman ini dan terdapat lebih dari satu juta orang di sana. Pria, wanita dan anak-anak termasuk kami benar-benar terinspirasi oleh antusiasme dan perasaan saudara-saudari kami di sana.

Saat itu pertengahan musim dingin, pria, wanita, dan anak-anak duduk di tanah yang dingin selama berjam-jam. Pertengahan musim dingin di bawah tanpa karpet atau kursi! Sebuah bangsa yang dapat menahan disiplin berjam-jam, dan Anda hanya dapat membayangkan takdir Allah apa yang direncakan bagi mereka. Satu atau dua hari kemudian dalam program kunjungan, saya membaca pemakaman Behesht Zahra, lagi. Pertama kali kami pergi untuk ceramah, kami melihat di kuburan orang-orang membaca puisi kesedihan dan doa dan saya pikir kunjungan kedua ini akan berlebihan. Tapi kenapa harus pergi dua kali? Saya telah melihat pemakaman ini. Tapi seluruh teman saya pergi dan saya pikir kalau semua orang pergi, ini tidak akan baik bagi saya untuk tetap di hotel bersantai ketika seluruh teman saya pergi dengan bus menuju pemakaman.

Kemudian saya pergi dan saya menjadi bahagia. Kedua kalinya saya pergi ketika Kamis sore dan Kamis di Iran seperti Sabtu bagi kami. Puluhan ribu orang berada di pemakaman. Ini hal biasa. Seperti hari raya Id. Puluhan ribu orang di sana, tidak lain kecuali untuk mengisi baterai spiritual mereka. Ini merupakan hal yang tidak akan terlupakan. (Ucapan) “Putraku memberikan hidupnya bagi Islam” atau “Ayahku memberikan jiwanya untuk Islam” menunjukkan bahwa mereka memberikan hidup mereka untuk Islam. Dengan cara seperti ini, setiap Kamis merupakan suntikan spiritual dan pengingat bahwa mereka akan memberikan hidup untuk Islam.

Terdapat semua balai kota yang dapat menampung 16.000 orang, dibandingkan dengan balai kota di Afrika Selatan, yaitu Good Hope Center di Capetown yang hanya 8.000 orang. Bangunan itu didirkan oleh Syah untuk menyombongkan “Mitos Aria”-nya. Dia membanggakan tidak hanya bahwa dia Shahanshah atau raja seluruh raja, tapi juga bahwa dia sebagai Aryamehr, cahaya orang-orang Aria. Inikah penyakit orang-orang Aria? Ingat bualan Hitler tentang menjadi Aria karena orang Jerman adalah orang Aria. Kemudian orang Hindu membual bahwa mereka orang Aria. Jika masyarakat saya, orang Gujarat, bukan muslim maka akan membual juga untuk menjadi Aria seperti mereka. Mantan Syah ini menyatakan diri sebagai cahaya orang-orang Aria dan membangun monumen ini sebagai penghormatan. Dia membangun monumen lainnya dengan menghabiskan jutaan untuk memperingati leluhurnya Cyrus Agung, seorang penyembah berhala, musyrik dan memboroskan kekayaan negara untuk kepentingannya.

Tahun 1984 dia berencana mengadakan Olimpiade di Tehran untuk menyombongkan egonya. Di balai kota ini kami melihat atletik dan akrobatik. Sayangnya kami, muslim Afrika Selatan seperti orang yang berwatak lemah dan membuat kami lebih buruk lagi dari hal itu. Pemuda kita tidak melakukan aktivitas seperti itu. Di sana dilakukan atletik, gimnastik, akrobatik yang tidak kita lakukan. Hal seperti itu bukan untuk kita; yang melakukan jogging, Anda tahu, anak-anak muda yang ketika saya bertemu mereka saya berjabat tangan dengan mereka dan mereka seperti orang lemah. Tapi hampir setiap pemuda yang Anda temui di Iran terlihat seperti atlet. Mereka melakukan olah raga yang biasa dan hal itu membuat kami senang karena mereka tidak membicarakan Iran. Mereka tidak bicara tentang Iran “Kami orang Iran, kami orang Aria” justru mereka berbicara tentang Islam, Islam dan Islam. Tidak ada satu pun wanita setengah telanjang, tidak ada satu pun. Jika Syah mempunyai caranya, jika dia masih hidup dan menjalankan rencananya, akan ada wanita setengah telanjang di sana yang setiap orang bisa melihat hingga puas.

Di Iran segala sesuatu berhubungan dengan Islam untuk memperkuat moral masyarakat, membangkitkan ribuan pria dan wanita. Kami tergetar melihat anak-anak kami, kami merasa mereka anak-anak kami, saudara kami sendiri, dan kami benar-benar tergetar. Kami melihat hal itu sebagai hal yang anak-anak kami juga bisa lakukan. Kemudian kami pergi melewati parade militer dengan berbagai kelompok lelaki Iran dan tidak ada kekurangan kekuatan di sana. Anda tahu, beberapa orang ingin pergi dan menolong saudara seiman kita di Iran. Alhamdulillah di sana tidak kekurangan kekuatan; yang mereka inginkan hanya alat dan senjata. Jika bangsa Iran memiliki senjata militer seperti yang Israel miliki, seluruh Timur Tengah akan bebas dari intervensi asing dalam sekejap. Inilah bangsa yang bisa melakukannya. Semangat jihad ada pada setiap dan seluruh pria dan wanita di negara itu. Seluruh masyarakat terlibat dalam mempromosikan Islam. Kita berbicara tentang 20 juta orang yang mampu mewujudkannya. Jika mereka memiliki senjata dan materi, setiap wanita pria dan anak-anak akan pergi berjihad.

Kemudian kami mengunjungi tawanan perang Irak. Sebagaimana yang Anda tahu perang ini dimulai oleh Irak dengan menyerang Iran. Seluruh negara dalam keadaan kacau. Irak merasa bahwa jika Yahudi dapat melakukannya ke bangsa Arab dalam waktu 6 hari, maka mereka bisa melakukannya kepada Iran dalam waktu 3 hari. Seluruh dunia berpikir dalam waktu satu minggu Iran akan hancur berkeping-keping. Tahukah Anda sudah berapa lama sekarang ini? Ini sudah setengah tahun dan bahkan lebih. Alhamdulillah, pada awalnya perbandingannya 20 berbanding 1 dalam hal pasukan dan material, namun bangsa Iran membalikan posisi dan menjadikannya 1 berbanding 3 bagi mereka. Mereka mampu memukul balik (Irak). Mereka memiliki kembali seluruh wilayah mereka dan sebuah bukit yang dinamai Allahu Akbar.

Sebelum saya pergi ke Iran, Dr. Kalim Siddiqui dari Inggris mengatakan kepada saya seraya bercanda, “Kalian memiliki separuh peluang untuk menjadi syahid.” Itu hanyalah gurauan tapi hampir menjadi kenyataan. Ketika kami sedang keluar kota saat perang terjadi, terdapat sebuah lapangan penuh dengan tank. Para pemuda kami keluar dari bus dan mulai menaiki tank serta mengambil gambar untuk ditunjukkan kepada orang-orang di rumah. Kemudian sebuah tank keluar dari lapangan untuk latihan uji coba dan tiba-tiba kami mendengar suara tembakan. Dari kejauhan kami melihat asap di beberapa tempat dan beberapa pemuda kami lari ketakutan dan berlindung di belakang bus. Ternyata kami berada dalam serangan orang-orang Irak. Ledakan bom berada di sekeliling kami dan Allah menyelematkan kami. Ingat bahwa Kalim telah mengatakan bahwa ada separuh peluang kami menjadi syahid, dan itu hampir menjadi kenyataan.

Kami mengunjungi mereka yang terluka di perang dan tidak ada satupun yang mengeluh tentang apa yang terjadi pada mereka. Seorang lelaki telah diamputasi kakinya tapi tidak ada air mata. Saya tidak pernah melihat setetes air mata dari siapa pun, dan justru mereka bertanya apakah ada kemungkinan untuk kembali ke pertempuran. Penyesalan mereka bukan karena luka, tapi mengapa mereka tidak bisa kembali ke garis depan untuk berjuang dan menjadi syahid. Inilah ambisi dari setiap muslim di sana.

Ketika kami mengunjungi tawanan, Iran telah menangkap 7.000 tawanan perang dan mereka terlihat sehat dengan pakaian dan makanan yang baik. Seorang teman saya tertarik untuk mencari tahu apa yang tawanan Irak rasakan tentang kondisi mereka. Setiap orang yang dia tanya menjawab bahwa mereka terjaga dengan baik. Lalu saya punya ide. Beberapa orang ada di sini selama setahun dan yang lainnya berbulan-bulan, saya ingin tahu ada berapa orang yang melakukan bunuh diri? Saya tanyakan ke setiap kelompok tawanan perang berapa orang yang melakukan bunuh diri? Mereka mengatakan tak satu pun. Tidak ada satu pun tawanan yang melakukan bunuh diri di antara 7.800 tawanan perang.

Jika kita melihat kepada apa yang disebut peradaban negara Barat di Afrika Selatan, 46 orang melakukan bunuh diri di tawanan kami hanya tahun ini. Mereka makan, berpakaian dengan baik dan memiliki sel sendiri tapi sejauh ini sudah 46 orang melakukan bunuh diri. Jika orang-orang tidak diperlakukan dengan baik maka beberapa orang akan mencari jalan keluar termudah, tapi tidak ada seorang pun yang melakukan bunuh diri di antara 7.800 tawanan perang.

Kami pergi mengunjungi imam, Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini. Ada sekitar 40 orang dari kami menunggu imam dan imam datang dan berada sekitar sepuluh meter dari tempat saya. Saya melihat imam. Dia menyampaikan ceramah kepada kami sekitar setengah jam, dan tidak ada sesuatu apapun kecuali Quran. Orang ini seperti Quran yang terkomputerisasi. Pengaruh luar biasa yang dia miliki di setiap orang; kharismanya sungguh menakjubkan. Anda cukup melihat ke arahnya dan air mata mengalir di pipimu. Anda cukup melihatnya dan Anda akan menangis. Saya tidak pernah melihat orang tua yang lebih tampan darinya dalam hidupku; tidak foto, video atau televisi yang dapat menilai orang ini. Orang tua paling tampan yang pernah saya lihat dalam hidup saya adalah dia.

Ada hal yang juga menarik tentang namanya. Pertama dia disebut Imam Khomeini. Kata “imam” bagi kita merupakan kata yang murah. Ke mana pun kita pergi ke suatu tempat kita bertanya siapa imam masjid di sana. Bagi Syiah hanya ada satu imam di dunia dan itu adalah Dua Belas Imam. Mereka percaya pada konsep imamah dan imam merupakan pemimpin spiritual umat. Imam pertama menurut pemikiran ini adalah Hadhrat Ali r.a. Kemudian Imam Hasan sebagai imam kedua, Imam Husain ketiga seterusnya hingga imam kedua belas, Imam Muhammad yang hilang pada umur 5 tahun dan mereka menanti kedatangannya. Mereka menggunakan istilah “ghaibah” (occultation), seperti tidur-spiritualnya Ashabul Kahfi. Karena itu beliau dinantikan untuk kembali dan dia satu-satunya orang di dunia yang bisa disebut imam. Kebanyakan ulama mereka disebut mullah dan ayatullah berarti alamah. Ayatullah Khomeini disebut imam tapi tidak mengurangi rasa hormat mereka tetap menanti imam sesungguhnya untuk muncul. Ruhullah merupakan nama yang diberikan ayahnya dan tahukah Anda artinya? Rûhullâh berarti “kalimat Tuhan” dan ini merupakan gelar Hadhrat Isa alaihi salam dalam Alquran. Kemudian beliau adalah ayatullah yang merupakan gelar lain dari Hadhrat Isa dalam Alquran. Al-Musawi berasal dari keluarga Musa dan dari kota Khomein yang menjadi nama akhirnya yang menunjukkan asalnya… (Kerusakan audio pada menit 41:05)

Tapi mereka masih menanti Mahdi, dan bukan Khomeini. Mereka ingin menciptakan kestabilan dan persiapan untuk kemunculan Mahdi. Di dunia suni, kita juga menunggu kedatangan Mahdi tapi kita ingin agar dia menciptakan kestabilan bagi kita, menjadikan kita pemilik dunia dan duduk di atas singgasana. Sampai situ kita hanya bisa menangani pertengkaran kecil. Apapun yang kita lakukan sekarang, hanya Imam Mahdi yang bisa membersihkan dunia bagi kita. Ini garis pikir suni. Khomeini di satu sisi mengatakan kepada pengikutnya bahwa kita harus membantu menyiapkan jalan sehingga ketika Imam Mahdi datang segalanya sudah siap baginya untuk bertindak. Sementara kita, dunia suni, menunggu Imam Mahdi untuk bersusah payah melepaskan diri kita dari kesulitan, sedang orang Syiah menyiapkan dunia untuk kemunculannya.

Anda tahu terdapat banyak orang yang bersama kita dari seluruh dunia. Saya menemukan bermacam-macam orang sakit, sakit mental lebih tepatnya. Saya bertemu dengan orang alim dari Pakistan dan dia pikir bahwa ada yang salah dengan saudara Syiah kita. Anda melihat di Iran ketika seseorang berceramah dan nama Khomeini disebut, orang-orang diam dan mengucapkan salawat (durood) kepada nabi saw. tiga kali. Tapi ketika nama Muhammad saw. disebut mereka mengirim salawat satu kali. Tapi orang alim dari Pakistan ini berkata, “Coba lihat orang-orang ini. Muslim jenis apa mereka itu?! Ketika nama Muhammad (saw.) disebutkan mereka mengirim salawat kepada nabi satu kali tapi ketika nama Khomeini disebutkan mereka mengirim salawat kepada Khomeini tiga kali.”

Saya berkata, “Apa yang mereka katakan? Apa yang mereka katakan sehingga Anda mengatakan ‘salawat kepada Khomeini’?” Dia mengatakan, “Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad (Salawat bagi Muhammad dan keluarga Muhammad).” Saya katakan, “Siapa Muhammad? Khomeini? Siapa yang bilang Khomeini sebagai Muhammad? Mereka salawat kepada Muhammad dan Anda bilang kepada Khomeini?” Anda tahu? Inilah penyakit. Terdapat banyak orang terdidik (alim) tapi pikiran mereka penuh dengan buruk sangka. Mereka hanya mencari-cari kesalahan dan mencela.

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Mâidah [5]: 54)

Contoh lain adalah saudara Syiah ketika mereka salat, mereka mempunyai sebuah tanah (turbah) sebagai tempat sujud. Dan dia (alim Pakistan) berkata, “Lihatlah apa yang mereka lakukan. Ini adalah syirik. Mereka menyembah lempengan tanah.” Saya berkata mengapa Anda tidak bertanya kepada mereka kenapa mereka menaruh kening mereka di lempengan tanah dan pelajari alasan logis dibalik semua ini.

Anda tahu, pengalaman pertama saya tentang hal ini terjadi saat di Washington. Pelajar Iran di sana mengundang saya untuk memberikan ceramah di universitas tempat mereka belajar di Amerika. Pada saat itu, waktu untuk Isya dan kami salat. Setiap orang diberikan lempengan tanah. Saat itu saya berpikir hal ini lucu, maka saya taruh di samping dan saya salat dengan pelajar Iran. Setelah salat saya ingin tahu tentang hal ini dan saya tanya mereka, “Mengapa Anda membawa potongan tanah di kantong ke mana pun Anda pergi?” Mereka berkata, “Kami harus sujud di atas bumi Allah dengan kening kami menyentuh tanah. Kami mengucapkan subhanna rabial a’la wa bihamdih tiga kali dengan kening kami menyentuh tanah.”

Jadi Syiah sesungguhnya ingin menyentuh tanah dengan kening mereka dan bukan kepada karpet buatan manusia. Mereka benar-benar ingin menunjukkan ekspresi salat dengan kening menyentuh bumi Allah. Anda lihat mereka tidak menyembah potongan tanah sebagaimana banyak orang berpikir salah. Ini merupakan sesuatu yang sering orang suni jadikan lelucon dan ejekan terhadap Syiah.

Dalam perjalanan pulang saya dari Tehran di seberang gang pesawat, ada dua orang Syiah yang ketika waktu salat datang, salah seorang dari mereka mengambil lempengan tanah dari kantongnya dan Allâhu Akbar, dia melakukan salat di tempat duduknya, dan ketika selesai ia memberikan tanah tersebut ke sebelahnya dan dia salat. Hal ini terlihat seperti lelucon bagi kami. Ya, kan? Di pesawat itu terdapat banyak kaum suni dan hanya pemuda itu yang salat, dan pemuda itu bukan saya. Tapi kami menertawakan mereka (Syiah—pent.). Dia duduk di sana dan melakukan hal yang lebih baik dari kami dan kami menertawakan mereka sambil duduk menghakimi.

Dia mungkin tidak sesopan atau sebaik kami di Afrika Selatan. Anda tahu kami muslim di Afrika Selatan sangat sopan dan baik dalam salat kami. Orang Arab tidak cocok dengan kami, orang Iran tidak tidak cocok dengan kami, Amerika, Negro mereka semua tidak cocok dengan kami. Dengan orang Arab saat Anda membungkuk rukuk, orang di sebelah Anda mendorong Anda untuk menjauhkannya. Siapa yang tahu saudara, mungkin ini benar, kita tidak tahu.

Anda tahu, di antara empat mazhab suni; Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafii, terdapat lebih dari dua ratus perbedaan dalam satu salat. Anda tahu? Dua ratus! Tapi kita menerimanya sebagai hal yang benar. Syafii mengucapkan amin dengan keras dan kami mengucapkannya dengan pelan, mereka mengucapkan bismillah dengan keras kami mengucapkan pelan dan tidak ada masalah. Semasa kecil, ayah saya mengulang formula terkenal yang dia pelajari dari ayahnya: “Seluruh mazhab adalah sama-sama benar dan sebuah kebenaran bagi mereka berdasarkan hadis dan Quran.” Maka kita menerimanya. Ketika hal itu terjadi pada Syafii, Hanbali, Hanafi dan Maliki kita bersikap toleran. Tapi ketika hal itu terjadi pada Syiah, formula yang kita pikirkan waktu kecil tidak berlaku, maka keanehan kecil apapun yang ada antara kita dan mereka, kita tidak bisa bertoleransi dan menolaknya. Kita mengatakan hal itu karena kita terprogram untuk meyakini hanya empat mazhab. Tapi kita menerima keanehan di antara yang empat itu.

Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima saudara Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah Syiah mengatakan kepada Anda bahwa dia ingin bersatu dengan Anda. Dia tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Dia berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu hal, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah kita. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10% adalah Syiah yang ingin menjadi rekan saudara satu iman tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan? Mereka yang seharusnya ketakutan.

Seharusnya Anda tahu perasaan yang mereka miliki untuk Anda. Saat salat Jumat di Iran, terdapat jutaan orang. Anda harus melihat cara mereka melihat kepada Anda saat Anda berjalan, mereka sadar bahwa Anda orang asing dan tidak satu dari mereka yang air matanya tidak mengalir di pipi mereka. Inilah perasaan yang mereka miliki untuk Anda, tapi Anda mengatakan tidak, Anda ingin mereka tetap di luar, takut kalau mereka mengeluarkan Anda (dari mazhab Anda—pent.). Anda hanya bisa keluar kalau ada hal yang lebih baik dari yang Anda miliki. Saya tidak tahu, mungkin di antara kalian berpikir saya seorang Syiah, tapi saya masih di sini bersama kalian.

Apa semua ketegangan suni–Syiah ini? Semuanya adalah politik. Semua permusuhan yang kita miliki sekarang adalah politik. Jika ikhwan suni di suatu tempat melakukan kesalahan Anda mengatakan “Oh, orang itu tidak Islami, dia kafir”, tapi jika satu orang Syiah melakukan kesalahan Anda menyalahkan seluruh komunitas Syiah, seluruh negara bangsa yang berjumlah jutaan, dan mengatakan mereka semua sampah hanya karena satu orang Syiah berbuat tidak islami. Pada saat yang sama, kita melihat dengan cara yang berbeda jika salah seorang dari saudara Anda melakukan kesalahan serius karena dia ayah atau paman Anda. Satu kelompok suni mengatakan kepada yang lain “Anda bukan muslim”, kelompok suni lain mengatakan “Anda bukan muslim, Anda kafir” lihat hal itu di sekeliling kita, dan kita bertengkar di antara sesama. Beberapa orang dari kita melakukan hal yang konyol.

Saya bertemu seseorang teman yang mengatakan kepada saya, “Kalau Anda pergi ke Newcastle, temui tuan fulan dan fulan dan Insya Allah segala hal akan diatur untukmu.” Lalu saya pergi ke orang itu dan seperti yang ia katakan kepada saya, saya diajak ke rumahnya untuk makan siang. Ketika saya duduk di meja makan saya melihat di dinding “burat”. Anda tahu apa itu “burat”? Sejenis binatang keledai dengan wajah seorang wanita yang bertujuan untuk memberikan tenaga listrik. Saya katakan kepadanya ini tidak benar. “Allah menciptakan tenaga listrik, Anda tidak bisa menciptakannya dengan patung keledai berwajah wanita.” Lalu dia terlihat kecewa. Tapi dia seorang suni, dia saudara dan tetap saudara saya. Ketegangan suni–Syiah adalah pekerjaan setan untuk memecah belah kita.

Izinkan saya mengatakan sesuatu tentang Iran. Apa yang saya temukan adalah segala sesuatu berorientasi pada Islam. Seluruh negara diarahkan menuju Islam, dan mereka berbicara tidak lain hanya Alquran. Saya belum pernah memiliki pengalaman dengan orang Iran yang menyangkal saya ketika saya berbicara tentang Quran. Sebaliknya saudara seiman kita bangsa Arab, semakin sering Anda mengutip Quran maka mereka akan menyangkal Anda dengan Quran lagi. Mereka bangsa Arab, mereka mengira lebih tahu banyak tentang Alquran dari pada kita, tapi orang Iran terlihat searah dengan Alquran. Segala yang dia lakukan dan pikirkan adalah tentang Alquran.

Anda ingat Tabas, ketika orang Amerika meminta membebaskan para tawanan. Negara paling berkuasa dalam bidang kemajuan teknologi di muka bumi; negara yang dapat mendaratkan manusia di bulan dan mengembalikannya; negara yang mengatakan kepada Anda bagian mana dari bulan, mereka akan mendaratkan dan membawanya kembali, mereka mengirim satelit ke Mars dan Jupiter. Sebuah negara yang memperingatkan Pakistan tentang gelombang pasang tragedi dan mereka tidak mengindahkan peringatan itu. Negara itu tidak bisa mendarat di Iran!

Bayangkan, mereka pergi ke sana dengan helikopter dan menghancurkan serta membunuh diri mereka sendiri. Bayangkan! Sebuah negara yang mendarat di bulan dan kembali lagi tapi tidak bisa mendarat di Iran. Rakyat Iran tidak berada dalam posisi untuk melakukan hal tertentu kepada mereka. Orang Amerika dapat pergi dan mengakhiri apa yang mereka inginkan. Saya datang dan melihat kedutaan Amerika dan Anda mengira itu bangunan yang besar, luas dan tepat berada di tengah Teheran. Mereka dapat dengan mudah pergi dan membawa keluar orang-orang mereka, meski mereka kehilangan beberapa orang. Mereka dapat meraih tujuan mereka. Hal itu sudah direncanakan dengan matang. Tapi tahukah Anda apa yang terjadi? Kegagalan dan mundurnya pasukan. Imam Khomeini telah mengatakan apa yang telah terjadi. Dia tidak mengatakan subhanallâh atau alhamdulillâh. Tahukah Anda apa yang dia katakan? Dia mengutip Quran: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah?” (QS. Al-Fîl: 1) Itulah kalimat yang keluar darinya. Saya telah katakan kepada Anda bahwa dia Quran yang terkomputerisasi.

Anda tahu mereka namai apa helikopter besar tersebut? Jumbo helicopters, dan pesawat besar itu dinamai jumbo planes. Anda tahu arti jumbo dalam bahasa Swahili? Gajah! Itu bahasa Swahili. Dari situ mereka menamainya. Jadi helikopter itu berukuran gajah (besar) dan imam berkata: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?” (QS. Al-Fîl [105]: 1-2).

Tapi kita masih ragu, dunia muslim menjadi sangat skeptis. Kita tidak percaya Quran lagi. Kalian tidak benar-benar percaya pada Quran, bagi banyak orang ini semua hanya untuk seremoni, untuk perasaan spiritual yang baik ketika Anda membaca Alquran. Tapi petunjuk yang Allah berikan, tidak ada orang yang terlihat peduli. Semoga Allah menjadikan saudara seiman kita, pembawa obor dan cahaya petunjuk hari ini bagi dunia Islam. Inilah sebuah bangsa yang menjalankan tugasnya.

Saat Anda melihat mereka, kesungguhan ada pada mereka. Sebuah bangsa yang tidak takut. Saat Anda melihat mereka dengan semangat besar yang mereka miliki. Mereka tidak takut untuk mengatakan “Marg bar Amrika” (Kematian bagi Amerika). Lalu mengatakan “Marg bar Shuravi” (Kematian bagi Uni Soviet). Bayangkan itu! Lalu “Kematian bagi Israel”. Bisakah Anda bayangkan sebuah bangsa melakukan hal itu tanpa takut?

Ini bukan semangat Islam yang ada pada kita, tapi bangsa Iran melakukannya dengan hati dan pikiran. Mereka tidak mengatakan, “Ini revolusi Iran” atau “Kami bangsa Iran.” Mereka berbicara tentang Islam, sebuah Revolusi Islam. Ini bukan Revolusi Iran tapi ini adalah Revolusi Islam. Inilah revolusi bagi Islam dan sedikit pertanyaan mengapa bangsa-bangsa di dunia tidak bisa menerimanya karena Islam yang tidak ingin mereka terima. Maka saudara saudari sekalian, saya telah mengambil banyak waktu berharga kalian. Dengan kata-kata ini, saya persilakan Anda duduk dan bertanya. © 2009

Catatan: Pidato ini disampaikan oleh Almarhum Syekh Ahmad Deedat, dikenal sebagai ulama ahlusunah dan ahli kristologi dari Afrika Selatan yang telah melakukan perjalanannya ke Republik Islam Iran pada tanggal 3 Maret 1982. Untuk mengunduh pidatonya, klik di sini.

Pentranskrip: Mustafa Mond

Penerjemah: Ali Reza Aljufri, Fatimah Alkaff