Entah bocor, atau sengaja dibocorkan guna membentuk opini, atau cuma
sekedar deception, atau lainnya entahlah! Yang jelas, dekade 2003-an
muncul dokumen RAND Corporation berjudul: “CIVIL DEMOCRATIC ISLAM:
Partners, Resources and Strategies”.
RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam
di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di
Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas
Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih
menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal
dari proyek-proyek penelitian pesanan militer.
Garis besar dokumen Rand berisi kebijakan AS dan sekutu di Dunia
Islam. Inti hajatannya adalah mempeta-kekuatan (MAPPING), sekaligus
memecah-belah dan merencanakan konflik internal di kalangan umat Islam
melalui berbagai (kemasan) pola, program bantuan, termasuk berkedok
capacity building dan lainnya.
Sedang dokumen lain senada, terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh
Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council)
atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal
masa depan dunia.
Tajuk NIC di atas pernah dimuat USA Today, 13 Februari 2005 — juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005.
Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya
ialah sebagai berikut: (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan
China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia;
(2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A
New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni
Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan
nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan
(phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan
akan terjadi kekacauan di dunia — kekerasan akan dibalas kekerasan.
Jujur harus diakui, ke-empat perkiraan NIC kini riil mendekati
kebenaran terutama jika publik mengikuti “opini global” bentukan media
mainstream yang dikuasai oleh Barat.
Isi dokumen NIC di atas menyertakan pandangan 15 Badan Intelijen dari
kelompok Negara Barat. Tahun 2008 dokumen ini direvisi kembali tentang
perkiraan atas peran AS pada tata politik global. Judulnya tetap Mapping
The Global Future, cuma diubah sedikit terutama hegemoni AS era 2015-an
diramalkan bakal turun meski kendali politik masih dalam cengkeraman.
Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation.
Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim
Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation,
keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para
personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi
berkitab Talmud.
Gerakan tersebut memakai sebutan “Komunitas Internasional” mengganti
istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk
mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat
dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh
Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah
AS di berbagai belahan dunia.
Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:
Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada
dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama
dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam
menghadapi kebudayaan global kontemporer;
Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk
kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban
dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization
(Benturan Peradaban);
Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah
terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan
internasional untuk menciptakan perdamaian global;
Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan
dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan,
serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di
Dunia Islam;
Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat
hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di
tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai
persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik;
konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas
agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari
kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;
Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai
demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan
formalisasi penerapan Syariat Islam;
(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang
mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada
substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi
Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian
dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin
menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari
urusan negara.
Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:
1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara
sebagai berikut: (a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan
ketidak-akuratannya; (b) mengungkap keterkaitan mereka dengan
kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal; (c) mengumumkan
konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan
ketidak-mampuan mereka untuk memerintah; (e) memperlihatkan
ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara
mereka dan komunitas mereka; (f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut
kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas
kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita; (g) mencegah menunjukkan rasa
hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis,
ekstrimis dan teroris; (h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan
pengecut, bukan sebagai pahlawan; (i) mendorong para wartawan untuk
memeriksa isue-isue korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran
kaum fundamentalis dan kaum teroris; (j) mendorong perpecahan antara
kaum fundamentalis.
2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan
menyimpangankan tafsir Al-Qur’an, contoh: mengharaman poligami pada satu
sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain;
mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan
di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian
“mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis
dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; lalu mempidana para aktivis
Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.
3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan
cara: (a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen demokrasi yang
bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi
otoriter; (b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas
kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; (c)
memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis; (d)
mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis; (e) mendorong
kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis; (f)
jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri
agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis
secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis
melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang kabur; (g) di wilayah
seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks
agar mampu mempertahankan pandangan mereka; (h) melakukan diskriminasi
antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda; (i) memperuncing
khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni –
Syiah, Hanafi – Hambali, Wahabi – Sufi, dll; (j) mendorong kaum
tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan; (k)
mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan
hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham
fundamentalis; (l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;
4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan: (a) menerbitkan
dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi; (b)
mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda;
(c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan
Islam; (d) memberikan mereka suatu platform publik; (e) menyediakan
bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang
fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan
mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web
Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka
dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; (f)
memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan
“counterculture” kaum muda Islam yang tidak puas; (g) memfasilitasi dan
mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya,
di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan; (h) membantu
dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk
mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi
rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan
mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum
pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian
menghembuskan dogma “Time is Money – dengan pengeluaran sekecil-kecilnya
menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.
5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar
rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: “semua agama
sama”.
Mendirikan berbagai LSM yang bergerak di bidang kajian filsafat
Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika.
Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan
merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan
beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan
lainnya.
6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara: (a)
mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama; (b)
mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan
hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri; (c) mendorong ide bahwa
dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak
membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat.
7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu
menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat
kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta
membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS.
Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres
Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini
berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti
komunis.
Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam.
Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat,
demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila
perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para
aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja.
AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan
total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan
perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata
penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”.
Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya
adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang
muslim.
Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level,
yaitu: (a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada; (b) identifikasi
jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya; (c)
memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi
berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme.
Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah
memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan
berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri
muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International
Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The
Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy
(CSID).
Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada
organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku
donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak
didik adalah : (a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler;
(b) cendikiawan muda muslim yang moderat; (c) kalangan aktivis
komunitas; (d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye
kesetaraan gender; (e) penulis dan jurnalis moderat.
Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus
memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan
kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk
muslim moderat ini diletakkan pada sektor: (a) Pendidikan Demokrasi.
Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap
demokrasi dan segala sistemnya; (b) dukungan oleh media massa melakukan
liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya — yang merupakan
“medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam; (c) Advokasi
Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah
dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan ide dan pemikiran
dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci
otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah,
seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari
kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.
Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan
pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara
yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan
maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”, kemudian
disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan
dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.
Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau
fatwa namun isinya justru “menjerumuskan” Islam, termasuk munculnya
banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat,
merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan
berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah
dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri
di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka “tak
menyadari” telah menjadi penghianat bagi bangsa, negara dan agamanya!
(IRIB Indonesia/theglobalreview/PH)
Penulis : Hendrajit (Direktur Eksekutif Global Future Institute) dan
Ferdiansyah Ali (Manajer Program dan Peneliti Global Future Institute).
DaftarBacaan :
http://en.wikipedia.org/wiki/Smith_Richardson_Foundation
http://www.rand.org/
http://www.dni.gov/nic/NIC_globaltrend2020.html
http://arashirin.wordpress.com/2007/12/22/jangan-terjebak-politik-belah-bambuislam-moderat-islam-radikal/
http://www.rand.org/pubs/monographs/MG574.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Douglas_Aircraft_Company
http://www.foreignaffairs.com/articles/60656/gideon-rose/mapping-the-global-future-report-of-the-national-intelligence-co
http://forum.detik.com/showpost.php?p=2819467&postcount=376
http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&view=article&id=1109:-jurus-sakti-pecah-belah-sesama-kelompok-islam-ala-rand-corporation&catid=36:jahane-eslam&Itemid=143
http://susyiunited.wordpress.com/2012/01/27/jurus-sakti-pecah-belah-sesama-kelompok-islam-ala-rand-corporation/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar