Oleh: Ust. Miftah F. Rakhmat
Disampaikan pada Seminar Sunni Syi’ah Bersatu, UII Yogyakarta, 17 Desember 2007
Baru saja saya memulai membaca The Kite Runner,
sebuah novel yang ditulis dari pengalaman getir pecahnya Afghanistan.
Negeri itu terpuruk bukan saja karena pertarungan elit politik, tetapi
juga karena rentannya konflik antar mazhab. Bangsa Afghanistan terdiri
dari beragam suku: Pashtun yang lebih mirip Pakistan, Hazara yang
merupakan keturunan Mongol, dan sebagainya. Afghanistan juga diapit oleh
dua negara besar: Iran dan Pakistan. Dari Iran dihembuskan pengaruh
Syi’ah dan dari Pakistan pengaruh Sunnah. Di sisi lain, Pakistan juga
adalah negara yang tak kalah hebatnya digoncang oleh isu antar mazhab.
Dalam dekade terakhir, konflik antar mazhab ini menyulut serangkaian
kekerasan yang memakan korban jiwa. Pakistan menuding negaranya telah
dijadikan pertempuran yang ”bukan miliki mereka”. Mereka mengatakan
Pakistan menjadi negara tempat bertarungnya kepentingan Iran yang Syi’ah
dan Saudi Arabia yang Sunnah.
Kita tentu tidak pernah bisa menengarai dengan
pasti sebab musabab pertikaian. Bila perbedaan mazhab dijadikan sebab,
maka persatuan mazhablah solusi untuk menghindari pertikaian itu.
Ada beberapa teori tentang keterpurukan umat. Pertama, hegemoni
dunia Barat. Teori ini dibantah dengan mengatakan bahwa globalisasi
yang membawa hegemoni itu tidak hanya meliputi kaum Muslimin, tetapi
juga seluruh dunia. Yang terkena imbas bukan hanya Islam, tetapi juga
berbagai budaya dan keyakinan yang berbeda. Kedua, Zionisme dan Kristenisasi. Ketiga, Perbedaan
mazhab. Diperlukan penelitian lebih jauh mengenai teori Zionisme dan
Kristenisasi, tetapi sekiranya benar, maka sebetulnya teori kedua dan
ketiga ini sudah terjadi sepanjang sejarah Islam. Pengaruh Yahudi dan
Kristen, juga perbedaan mazhab mewarnai era keemasan pemikiran Islam.
Pada zaman peralihan kekuasaan antara dinasti Umawi kepada Abbasi, dunia
Islam diwarnai oleh benturan berbagai mazhab pemikiran, bukan saja di
antara sesama kaum Muslimin, tetapi juga dengan kebudayaan Yunani,
India, Budha, Yahudi, dan Ateisme. Semua mendapat tempat yang terhormat
dalam dialektika peradaban. Sejarah mencatat munculnya imam-imam mazhab
yang kemudian ”dibekukan” oleh penguasa setelahnya. Era keemasan ini
juga berlanjut sampai Andalusia, yang berpengaruh melahirkan para
pemikir besar semisal Ibn ’Arabi. Mengutip Nashr Hamid Abu Zayd,
”Andalusia adalah cerminan ragam pemikiran yang mewarnai hidup Ibn
’Arabi. Di setiap langkah di Andalusia ada jejak Ibn ’Arabi.”
Tetapi, anggaplah sekarang ini ada sebagian
orang yang memandang perbedaan mazhab sebagai sumber keterpurukan. Sabtu
malam yang lalu saya mendapat kehormatan diundang makan malam bersama
Imam Feisal Abdul Rauf. Beliau adalah Imam Masjid Al-Farah New York,
yang letaknya berdekatan dengan lokasi Ground Zero 9/11. Penulis ”Seruan
Azan dari Puing WTC” ini dihadapkan pada permasalahan tentang citra
Islam pasca serangan itu. Bagi beliau: It doesn’t matter what really
happened in 9/11. What matters most is what peope believe in. Tidak soal
apa yang sebenarnya terjadi pada 11 September. Masalah yang lebih
penting dihadapi adalah “apa yang dipercayai” masyarakat menyebabkan
terjadinya serangan itu. Maka, anggaplah bawa perbedaan mazhab
“menyumbang” peranan pada keterpurukan umat. Lalu apa yang harus kita
lakukan?
Ilaa Kalimatin Sawaa…
Bila kepada Ahli Kitab saja diserukan ajakan ilaa kalimatin sawaa,
maka apalagi terhadap sesama Kaum Muslimin. Ajakan pada persamaan ini
sering dirusak oleh bisikan ”setan” yang mengatakan bahwa Syi’ah tidak
termasuk di antara kaum Muslimin. Cukuplah bagi kita haji sebagai bukti.
Setiap tahun jutaan jemaah haji Iran dan muslim Syi’ah dari berbagai
negara menunaikan ritual haji. Di beberapa negara timur tengah,
persaudaraan antara dua mazhab ini terjalin dengan baik. Suriah,
Yordania, dan Lebanon adalah beberapa di antaranya.
Tuduan yang sering dialamatkan kepada Syi’ah
lebih banyak dikutip dari buku-buku yang menyerang Syi’ah. Tentu mereka
merujuk pada beberapa kitab Syi’ah. Berdasarkan pengalaman saya,
sebagian rujukan dikutip keliru; sebagian lagi dikutip tidak lengkap;
dan sebagian lainnya dikutip dari hadits-hadits yang dikritik oleh orang
Syi’ah. Kita tidak bisa menggeneralisir semua pendapat Syi’ah keliru,
sama seperti tidak juga bisa kita semua pendapat Ahlulsunnah benar. Saya
sebutkan contoh-contoh tuduhan yang bisa dialamatkan kepada Syi’ah, dan
sanggahannya:
- Syi’ah punya Al-Qur’an yang berbeda
- Jawaban: orang yang mempercayai Syi’ah punya Al-Qur’an yang berbeda tidak meyakini ayat: ”Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang akan menjaganya.”
- Dalam KitabAl-Itqan, Jalaluddin As-Suyuthi juga mengutip beberapa riwayat tentang ”hilangnya” ayat-ayat Al-Qur’an
- Syi’ah mencela sahabat
- Syi’ah meyakini konsep keadilan Ilahi yang mendasarkan manusia pada amal (Sunni juga) ketimbang pada ”kapan dia dilahirkan”.
- Syi’ah meyakini bahwa mencela dalam berbagai bentuknya adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
- Berbeda dengan Sunni, Syi’ah tidak memandang semua sahabat sebagai ’udul. Mereka lebih menyikapi tarikh dan keterlibatan para sahabat dalam sejarah Islam dengan pandangan yang kritis. Mereka mengambil contoh Perang Uhud, Perang Siffin, dan Perang Jamal.
- Syi’ah melecehkan perempuan (dengan nikah mut’ah misalnya)
- Terkait dengan fiqih, masalah yang satu ini memang sedikit rumit. Dibutuhkan seminar tersendiri untuk membahasnya. Cukuplah saya mengutip pendapat seorang penulis Mesir: Nikah mut’ah adalah nikah sementara yang kapan saja dapat dilanggengkan. Sedangkan nikah Daim adalah nikah ”langgeng” yang kapan saja dapat diputuskan.”
- Hadits Imam Ja’far Shadiq as: “Kuunu lanaa zaynan wa la takuunu ‘alayna syainan.” Jadilah kalian penghias bagi kami, jangan datangkan cela bagi kami.
- Syi’ah melebihkan Imam Ali dari Rasulullah Saw
- Sekiranya kita baca hadits-hadits Mazhab Syi’ah dengan sendirinya anggapan seperti ini tertolak.
- Syi’ah menyiksa diri dalam peringatan Asyura
- Irang sudah mengharamkan hal ini. Proses orang Syi’ah sendiri memaknai peringatan Asyura berbeda-beda.
- Syi’ah ”munafik” karena mengamalkan taqiyyah.
- Bagian ini tidak akan dijelaskan supaya ada pertanyaan.:)
Hembusan Perlawanan dari Orang Syi’ah
Era globalisasi saat ini membawa dampak hegemoni
kekuasaan Barat atas negara-negara lain. Dalam dunia Islam, ”perlawanan”
terhadap hegemoni ini diwakili oleh Iran dan Hizbullah. Iran-lah
satu-satunya negara yang konsisten menyerukan perlawanan terhadap
hegemoni Amerika. Di Timur Tengah, Amerika diwakili oleh Israel, dan
Hizbullah sebagai organisasi Syi’ah-lah yang tercatat menjadi kekuatan
tempur yang paling ditakuti oleh Israel. Iran dan Hizbullah membawa
’izzah bagi Islam di seluruh dunia.
Orang Syi’ah harus belajar dari saudaranya
Ahlulsunnah, dan Ahlulsunnah juga harus belajar dari orang Syi’ah. Salah
satu yang bisa dipelajari dari Syi’ah adalah contoh sistem politik
Islam sekarang ini. Menurut Dr. Kalim Shiddiqui, ”Iran adalah
laboratorium politik Islam saat ini.”
Sayangnya, seperti yang terjadi di Irak,
hembusan nafas melawan hegemoni global ini dirusak dengan politik devide
et impera. Sesama kaum Muslimin diadu, dipertentangkan, dan
diperselisihkan. Irak adalah contohnya. Afghanistan dan Pakistan juga
sudah menderita banyak korban karena perbedaan ini. Inilah yang kita
hindarkan untuk terjadi di Indonesia. Mudah-mudahan seminar kali ini
membawa kita pada Islam ukhuwah, yang penuh dengan toleransi terhadap
perbedaan pendapat, sebagaimana dicontohkan oleh para Imam besar
Mazhab.[]
"Iran-lah satu-satunya negara yang konsisten menyerukan perlawanan terhadap hegemoni Amerika. Di Timur Tengah, Amerika diwakili oleh Israel, dan Hizbullah sebagai organisasi Syi’ah-lah yang tercatat menjadi kekuatan tempur yang paling ditakuti oleh Israel. Iran dan Hizbullah membawa ’izzah bagi Islam di seluruh dunia."
BalasHapusFaktanya:
1. Amerika dan Israel tidak pernah memerangi Iran, patut diduga mereka sebetulnya adalah teman untuk menghancurkan Islam
2. Waktu Gaza dibombardir Israel, Iran dan Arab Saudi diam seribu bahasa.
3. Waktu Irak dan Afganistan dihancurkan Amerika Iran menjadi sekutu Amerika
Dunia ini memang penuh kepalsuan...!!! Semoga Allah akan selalu melindungi Ummat Islam.