oleh Prof. Dr. Nur Syam, M.Si
Dengan semakin kuatnya gerakan anti Syiah yang dilakukan oleh sejumlah
ulama yang mengusung Islam Sunni, maka saya tergerak lagi untuk
menuliskan pandangan saya tentang Syiah Indonesia. Melalui kata Syiah
Indonesia, maka saya ingin menegaskan bahwa Syiah di Indonesia sudah
menjadi bagian dari masyarakat dan bangsa Indonesia dan keyakinan
keberagamaannya juga sudah menjadi bagian dari keyakinan keberagamaan
masyarakat Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa pasca kerusuhan di Sampang, maka ada usaha
yang dilakukan oleh sekelompok ulama yang mengatasnamakan Islam sunni
untuk menghakimi bahwa Syiah adalah ajaran yang menyimpang dan sesat
sehingga haruslah dilakukan tindakan mengusir dan melarang ajaran Syiah
tersebut dari wilayah yang dikuasai oleh orang yang menyatakan sebagai
kaum Sunni.
Saya menjadi sedih melihat bahwa Indonesia yang besar ini selalu dikoyak
oleh orang yang mengatasnamakan agama yang paling benar untuk melakukan
kekerasan agama. Saya menjadi teringat dengan komentar Dr. Makhlani,
Representative IDB Indonesia, mengomentari komentar saya di koran The
Jakarta Post, bahwa Islam Indonesia yang besar ini selalu dikerdilkan
orang yang merusak kesatuan dan persatuan bangsa. Bayangkan bahwa
kerusuhan di Sampang itu menjadi berita besar di dunia dan hal itu
sangat merugikan positioning Indonesia dalam percaturan internasional.
Ketika saya ke Australia, maka ada cerita tentang bagaimana orang
menjadi takut untuk datang ke Indonesia. Ada sebuah lembaga pendidikan
yang menginginkan agar siswanya datang ke Indonesia dalam rangka
mempelajari budaya Indonesia. Akan tetapi sejumlah orang tua keberatan,
sebab selalu diberitakan bahwa Indonesia bukanlah negara dan tempat yang
aman. Jadi, peristiwa pembakaran terhadap rumah dan tempat ibadah itu
tentu menyumbang tentang ketakutan orang luar negeri tentang Indonesia.
Mereka yang melakukan gerakan kekerasan tersebut tentu membawakan
kenyataan semakin jeleknya citra Indonesia di dunia internasional.
Makanya, ketika saya membuka internet dan mata saya terperangkap dengan
berita tentang MUI tidak menyesatkan Syiah. Saya merasa sangat gembira
dengan berita ini. Yang bersuara seperti ini adalah Umar Syihab salah
seorang ketua MUI. Beliau menyatakan bahwa selama ini belum ada fatwa
MUI yang menyatakan bahwa Syiah adalah aliran sesat. Memang ada hasil
rekomendasi yang menyatakan bahwa Syiah harus diwaspadai sebab kala itu,
tahun 1984, Syiah memang mengusung ideologi politik pasca hancurnya
kekuasaan tiranik di Iran.
Para tokoh Islam, seperti Dien Syamsudin, pimpinan Muhammadiyah, Said
Aqil Siraj, pimpinan NU, Prof. Quraisy Syihab dan sejumlah ulama lain
juga memandang bahwa janganlah melakukan tindakan main tuduh dengan
menyatakan bahwa sekelompok penganut faham agama lain sebagai sesat,
kafir dan sebagainya. Ada ketegasan pandangan mereka ini bahwa Syiah
bukanlah aliran sesat. Syiah di Indonesia memang berasal dari Syiah Dua
Belas Imam atau Syiah Istna Asy’ariyah, sehingga bukanlah Syiah yang
menyimpang. Bahkan berdasarkan kenyataan empiris, banyak kesamaan
ibadahnya dengan kelompok NU. Tentu juga ada yang berbeda. Jangankan
antara Sunni dengan Syii, sedangkan antara NU dan Muhammadiyah yang
sesama ahlu sunnah wal jamaah juga ada tatacara ibadah yang berbeda.
Jadi, perbedaan adalah suatu keniscayaan.
Ada sebuah hipotesis yang barangkali bisa dijadikan sebagai tema
pengkajian adalah semakin tingginya gerakan fundamentalisme agama, maka
semakin banyak kekerasan agama yang bermotif atau bernuansa keagamaan.
Pertanyaannya adalah apakah ada korelasi antara fundamentalisme agama
dengan gerakan untuk melakukan justifikasi bahwa selain keyakinannya,
maka semuanya adalah ajaran yang salah dan semuanya harus dikembalikan
kepada keyakinan fundamentalismenya dan untuk kepentingan tersebut bisa
saja menggunakan kekerasan.
Saya sungguh merasakan bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
orang “NU” di Sampang ini memang bisa saja didesain oleh orang di luar
NU yang secara sengaja memanfaatkan sentimen keagamaan sebagai basis
untuk mencapai tujuannya, yaitu mengobrak-abrik Islam moderat yang
selama ini dilabelkan kepada NU.
Oleh karena itu, para Kyai, Ulama –sebagaimana himbauan saya melalui
JTV–agar arif di dalam menyikapi dan membuat keputusan agar NU tidak
dimanfaatkan orang yang sesungguhnya memang ingin memanfaatkan NU untuk
kepentingan yang lebih besar.
Wallahu a’lam bi al shawab.
http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=3488
Tidak ada komentar:
Posting Komentar