Oleh:Syekh Aidh bin Abdullah Al-Qarni
Sejauh ini kita telah gagal menghapus perbedaan pendapat di antara
kelompok sunah dan Syiah, walaupun telah berlalu puluhan abad. Maka
wajiblah kita mengakui bahwa perbedaan tersebut adalah sesuatu yang
memang ada, namun jangan sekali-kali mengembangkannya sehingga menjadi
pertentangan berdarah. Cukuplah luka-luka yang kita derita. Cukuplah
perpecahan yang mengoyak-ngoyak kita. Sudah amat banyak bencana yang
menghancurkan kita, umat Islam. Sementara itu, Zionisme internasional
selalu bersiap-siap untuk menghancurkan kita dan mencerabut eksistensi
kita dari akar-akarnya. Apa gunanya mengulang-ulang pidato-pidato yang
mencaci maki, menyakiti hati, memprovokasi, memusuhi dan menyebut-nyebut
kejelekan dan aib masing-masing kelompok? Manfaat apa yang diharapkan
dari permusuhan yang menumpahkan darah si suni maupun si syii?
Masing-masing kelompok di antara sunah dan Syiah menganut kepercayaan
tentang kebenaran mazhabnya sendiri dan kesalahan mazhab selainnya.
Anda takkan mampu mengubah prinsip-prinsip utama yang telah dipercayai
manusia sepanjang mereka tetap berkeras hati untuk mempertahankannya.
Kami, ahlusunah, berkeyakinan bahwa kebenaran ada pada kami, baik
melalui Alquran maupun sunah. Dan apabila kaum Syiah (mungkin) merasa
bahwa kami kurang memberikan penghargaan kepada hak ahlulbait, maka kami
ingin menegaskan dengan kuat, terus terang, tanpa tedeng aling-aling,
bahwasanya kami berlepas tangan di hadapan Allah dari siapa saja yang
merendahkan urusan ahlulbait, atau mencaci mereka atau melecehkan
mereka. Bersamaan dengan itu, kami meminta agar kaum Syiah juga berhenti
merendahkan martabat para sahabat Nabi saw. atau melecehkan mereka atau
mencaci mereka. Membela dan menjaga kehormatan ahlulbait dan para
sahabat merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah.
Menjadi kewajiban orang-orang berakal, dari kalangan sunah dan Syiah,
untuk berupaya sungguh-sungguh mengubur segala macam fitnah (penyebab
pertikaian) di antara mereka, menghindari segala bentuk provokasi atau
kebiasaan melempar ancaman ataupun tuduhan pengkhianatan ke alamat
kelompok yang lain.
Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Cabutlah semua sumbu pertikaian. Padamkanlah semua api pertikaian.
Janganlah menambah lagi bencana umat ini di atas segala bencana yang
sudah mereka alami.
Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Biarlah masing-masing memilih jalannya sendiri, biarlah masing-masing
menentukan arah pandangannya sendiri, sampai kelak saat Allah memutuskan
apa yang kita perselisihkan di antara kita.
Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Jangan sekali-kali memberi kesempatan para musuh Islam menghancurkan
bangunan umat ini, melibas eksistensi mereka, menghapus jejak risalahnya
dan mencemarkan segala kepercayaan sucinya.
Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Haramkanlah segala fatwa yang membolehkan membunuh, menumpahkan darah dan mengobarkan api permusuhan, kebencian dan kedengkian.
Kita semua, sunah dan Syiah, menyerukan hidup berdampingan secara
damai serta bersedia berdialog dengan kelompok-kelompok non-muslim.
Apakah kita harus gagal menjalani kehidupan damai antara kaum sunah dan
Syiah? Siapa saja yang gagal memperbaiki urusan rumahnya sendiri, tidak
akan berhasil memperbaiki urusan rumah orang lain.
Demi keuntungan siapakah terdengarnya suara sumbang busuk tak bertanggung jawab yang berseru: “Hai Syii, bunuhlah seorang suni, niscaya kau masuk surga!” Lalu dari arah yang lain terdengar suara: “Hai suni, bunuhlah seorang syii sebagai
penebus agar kau terhindar dari neraka!” Logika apa ini?! Akal apa
ini?! Dalil apa ini?! Hujah apa ini?! Bukti apa ini?! Wajiblah kita
berkata: “Hai suni, darah si Syii adalah suci; haram menumpahkannya!” “Hai Syii, darah si suni adalah suci; haram menumpahkannya!”
Belum tibakah saat kita sadar dan mendengarkan suara hati nurani dan
akal sehat serta panggilan agama? Jangan sekali-kali ada lagi
pelanggaran atas keselamatan orang lain. Jangan ada lagi kezaliman.
Jangan pula ada lagi provokasi di antara sesama kita. Jangan ada lagi
upaya menyenangkan hati para musuh, dengan mengoyak-koyak
barisan-barisan kita sendiri. Jangan ada lagi upaya menghancurkan
rumah-rumah kita dengan tangan-tangan kita sendiri. Jangan lagi ada
upaya membunuh diri kita dengan pedang-pedang kita sendiri.
Barangkali yang terbaik untuk menghentikan pertikaian di antara sunah
dan Syiah ialah dengan meniru apa yang dilakukan kaum Badui (yang
dimaksud tentunya di negeri Saudi Arabia—penerj.): setiap kali terjadi
tabrakan di antara mobil-mobil mereka, mereka berkata: “Masing-masing
memperbaiki mobilnya sendiri!” Segera pula masalahnya selesai, tanpa
polisi lalu-lintas, tanpa denda tilang dan tanpa hukuman penjara!
Oleh sebab itu, wahai kelompok sunah dan Syiah, masing-masing kita
“hendaknya memperbaiki kendaraannnya sendiri-sendiri!” Allah Swt. telah
memerintahkan kita agar memperlakukan kaum non-Muslim dengan perlakuan
yang baik, sepanjang mereka tidak memerangi kita atau mengusir kita dari
perkampungan- perkampungan kita.
Sebagaimana dalam firman-Nya: “Allah tidak melarang kamu
memperlakukan mereka yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak
mengusir kamu dari perkampungan-perkampungan kamu (Allah tidak melarang
kamu) memperlakukan mereka dengan baik dan bersikap adil terhadap
mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.”
Begitulah perlakuan terhadap kaum non-muslim. Perlakuan baik di sini
artinya adalah mencegah diri jangan sampai mengganggu mereka,
berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang terpuji dan hidup
berdampingan dengan aman dan damai. Maka betapa pula dengan
kelompok-kelompok sesama muslim meskipun berbeda pandangan dan
pendirian? Apa yang dikatakan orang-orang lain ketika menyaksikan
masing-masing kita menumpahkan caci-maki dan sumpah serapah ke alamat
saudara kita sesama Muslim, penuh pelecehan dan penghinaan?
Saudara-saudara sekandung pun, jika mereka tidak mampu memperbaiki
hubungan di antara mereka dan berdiri rapat dalam satu barisan, pastilah
mereka itu dalam pandangan masyarakat menjadi rentan terhadap
permusuhan, perpecahan, kegagalan dan kekalahan.
Mari kita tinggalkan pidato-pidato berapi-api yang penuh kebencian
dan kata-kata kosong tak berharga sedikit pun, lalu kita semua kembali
sebagaimana diperintahkan Allah SWT: “Berpeganglah kamu sekalian erat-erat dengan tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai!”
Sumber: Asharq Alawsat
Penerjemah: M. Bagir
http://ejajufri.wordpress.com/2009/02/25/wahai-orang-orang-berakal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar