Rabu, 09 Mei 2012

Wahai Orang-Orang Berakal dari Syiah dan Suni!

Oleh:Syekh Aidh bin Abdullah Al-Qarni

Sejauh ini kita telah gagal menghapus perbedaan pendapat di antara kelompok sunah dan Syiah, walaupun telah berlalu puluhan abad. Maka wajiblah kita mengakui bahwa perbedaan tersebut adalah sesuatu yang memang ada, namun jangan sekali-kali mengembangkannya sehingga menjadi pertentangan berdarah. Cukuplah luka-luka yang kita derita. Cukuplah perpecahan yang mengoyak-ngoyak kita. Sudah amat banyak bencana yang menghancurkan kita, umat Islam. Sementara itu, Zionisme internasional selalu bersiap-siap untuk menghancurkan kita dan mencerabut eksistensi kita dari akar-akarnya. Apa gunanya mengulang-ulang pidato-pidato yang mencaci maki, menyakiti hati, memprovokasi, memusuhi dan menyebut-nyebut kejelekan dan aib masing-masing kelompok? Manfaat apa yang diharapkan dari permusuhan yang menumpahkan darah si suni maupun si syii?
Masing-masing kelompok di antara sunah dan Syiah menganut kepercayaan tentang kebenaran mazhabnya sendiri dan kesalahan mazhab selainnya. Anda takkan mampu mengubah prinsip-prinsip utama yang telah dipercayai manusia sepanjang mereka tetap berkeras hati untuk mempertahankannya. Kami, ahlusunah, berkeyakinan bahwa kebenaran ada pada kami, baik melalui Alquran maupun sunah. Dan apabila kaum Syiah (mungkin) merasa bahwa kami kurang memberikan penghargaan kepada hak ahlulbait, maka kami ingin menegaskan dengan kuat, terus terang, tanpa tedeng aling-aling, bahwasanya kami berlepas tangan di hadapan Allah dari siapa saja yang merendahkan urusan ahlulbait, atau mencaci mereka atau melecehkan mereka. Bersamaan dengan itu, kami meminta agar kaum Syiah juga berhenti merendahkan martabat para sahabat Nabi saw. atau melecehkan mereka atau mencaci mereka. Membela dan menjaga kehormatan ahlulbait dan para sahabat merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah.

Menjadi kewajiban orang-orang berakal, dari kalangan sunah dan Syiah, untuk berupaya sungguh-sungguh mengubur segala macam fitnah (penyebab pertikaian) di antara mereka, menghindari segala bentuk provokasi atau kebiasaan melempar ancaman ataupun tuduhan pengkhianatan ke alamat kelompok yang lain.

Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Cabutlah semua sumbu pertikaian. Padamkanlah semua api pertikaian. Janganlah menambah lagi bencana umat ini di atas segala bencana yang sudah mereka alami.

Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Biarlah masing-masing memilih jalannya sendiri, biarlah masing-masing menentukan arah pandangannya sendiri, sampai kelak saat Allah memutuskan apa yang kita perselisihkan di antara kita.

Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Jangan sekali-kali memberi kesempatan para musuh Islam menghancurkan bangunan umat ini, melibas eksistensi mereka, menghapus jejak risalahnya dan mencemarkan segala kepercayaan sucinya.

Wahai orang-orang berakal di kalangan sunah dan Syiah!
Haramkanlah segala fatwa yang membolehkan membunuh, menumpahkan darah dan mengobarkan api permusuhan, kebencian dan kedengkian.

Kita semua, sunah dan Syiah, menyerukan hidup berdampingan secara damai serta bersedia berdialog dengan kelompok-kelompok non-muslim. Apakah kita harus gagal menjalani kehidupan damai antara kaum sunah dan Syiah? Siapa saja yang gagal memperbaiki urusan rumahnya sendiri, tidak akan berhasil memperbaiki urusan rumah orang lain.

Demi keuntungan siapakah terdengarnya suara sumbang busuk tak bertanggung jawab yang berseru: “Hai Syii, bunuhlah seorang suni, niscaya kau masuk surga!” Lalu dari arah yang lain terdengar suara: “Hai suni, bunuhlah seorang syii sebagai penebus agar kau terhindar dari neraka!” Logika apa ini?! Akal apa ini?! Dalil apa ini?! Hujah apa ini?! Bukti apa ini?! Wajiblah kita berkata: “Hai suni, darah si Syii adalah suci; haram menumpahkannya!” “Hai Syii, darah si suni adalah suci; haram menumpahkannya!”
Belum tibakah saat kita sadar dan mendengarkan suara hati nurani dan akal sehat serta panggilan agama? Jangan sekali-kali ada lagi pelanggaran atas keselamatan orang lain. Jangan ada lagi kezaliman. Jangan pula ada lagi provokasi di antara sesama kita. Jangan ada lagi upaya menyenangkan hati para musuh, dengan mengoyak-koyak barisan-barisan kita sendiri. Jangan ada lagi upaya menghancurkan rumah-rumah kita dengan tangan-tangan kita sendiri. Jangan lagi ada upaya membunuh diri kita dengan pedang-pedang kita sendiri.

Barangkali yang terbaik untuk menghentikan pertikaian di antara sunah dan Syiah ialah dengan meniru apa yang dilakukan kaum Badui (yang dimaksud tentunya di negeri Saudi Arabia—penerj.): setiap kali terjadi tabrakan di antara mobil-mobil mereka, mereka berkata: “Masing-masing memperbaiki mobilnya sendiri!” Segera pula masalahnya selesai, tanpa polisi lalu-lintas, tanpa denda tilang dan tanpa hukuman penjara!

Oleh sebab itu, wahai kelompok sunah dan Syiah, masing-masing kita “hendaknya memperbaiki kendaraannnya sendiri-sendiri!” Allah Swt. telah memerintahkan kita agar memperlakukan kaum non-Muslim dengan perlakuan yang baik, sepanjang mereka tidak memerangi kita atau mengusir kita dari perkampungan- perkampungan kita.

Sebagaimana dalam firman-Nya: “Allah tidak melarang kamu memperlakukan mereka yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari perkampungan-perkampungan kamu (Allah tidak melarang kamu) memperlakukan mereka dengan baik dan bersikap adil terhadap mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.”

Begitulah perlakuan terhadap kaum non-muslim. Perlakuan baik di sini artinya adalah mencegah diri jangan sampai mengganggu mereka, berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang terpuji dan hidup berdampingan dengan aman dan damai. Maka betapa pula dengan kelompok-kelompok sesama muslim meskipun berbeda pandangan dan pendirian? Apa yang dikatakan orang-orang lain ketika menyaksikan masing-masing kita menumpahkan caci-maki dan sumpah serapah ke alamat saudara kita sesama Muslim, penuh pelecehan dan penghinaan? Saudara-saudara sekandung pun, jika mereka tidak mampu memperbaiki hubungan di antara mereka dan berdiri rapat dalam satu barisan, pastilah mereka itu dalam pandangan masyarakat menjadi rentan terhadap permusuhan, perpecahan, kegagalan dan kekalahan.

Mari kita tinggalkan pidato-pidato berapi-api yang penuh kebencian dan kata-kata kosong tak berharga sedikit pun, lalu kita semua kembali sebagaimana diperintahkan Allah SWT: “Berpeganglah kamu sekalian erat-erat dengan tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai!”

Sumber: Asharq Alawsat
Penerjemah: M. Bagir

http://ejajufri.wordpress.com/2009/02/25/wahai-orang-orang-berakal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar